PERBANDINGAN PENGGUNAAN BATU SUNGAI BOYONG DAN BATU CLERENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN AC-BC MENGGUNAKAN ASPAL STARBIT E-60
Abstract
Flexible pavement (perkerasan lentur) biasanya menggunakan campuran aspal dan agregat sebagai lapis permukaan. Pada konstruksi perkerasan jalan di Yogyakarta, agregat yang sering digunakan adalah agregat yang berasal dari Clereng, Kulon Progo. Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan batu pecah Sungai Boyong sebagai bahan pengganti agregat kasar pada perkerasan jalan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan agregat kasar Boyong sebagai pengganti agregat kasar terhadap karakteristik Marshall, Immersion, dan Indirect Tensile Strength pada campuran AC-BC sesuai dengan Bina Marga 2010.
Terdapat 4 tahap dalam penelitian ini, yaitu pengujian sifat material yang terdiri dari pengujian agregat kasar, agregat halus, dan aspal. Tahap kedua menentukan kadar aspal optimum pada campuran AC-BC dengan variasi kadar aspal sebesar 4,5%, 5%, 5,5%, 6%, dan 6,5% pada masing-masing campuran. Tahap ketiga melakukan pengujian Marshall, Immersion, dan Indirect Tensile Strength. Tahap keempat melakukan analisis, pembahasan dan pengambilan kesimpulan dari hasil pengujian yang telah dilakukan.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa secara umum agregat kasar Boyong dapat digunakan sebagai agregat kasar pada campuran AC-BC karena sudah memenuhi syarat spesifikasi Bina Marga 2010. Hasil pengujian karakteristik Marshall diperoleh nilai stabilitas campuran yang menggunakan 100% agregat kasar Boyong sebesar 1271,99 kg lebih kecil dari campuran yang menggunakan 0% agregat kasar Boyong yaitu 1503,12 kg. Nilai flow campuran yang menggunakan 100% agregat kasar Boyong sebesar 3,74 mm lebih besar daripada campuran yang menggunakan 0% agregat kasar Boyong sebesar 2,27 mm. Dan nilai VITM campuran yang menggunakan 100% agregat kasar Boyong sebesar 4,33% lebih besar daripada campuran yang menggunakan 0% agregat kasar Boyong sebesar 3,55%. Nilai Index of Retained Strength semua variasi memenuhi persyaratan (minimal 90%). Nilai IRS pada campuran yang menggunakan 0% agregat kasar Boyong 97,24% lebih tinggi daripada campuran yang menggunakan 100% agregat kasar Boyong sebesar 90,60%. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja campuran agregat kasar Boyong mengalami penurunan yang lebih banyak dan memiliki tingkat durabilitas yang lebih rendah setelah dilakukan perendaman dibandingkan campuran yang menggunakan agregat Clereng. Semakin besar persentase agregat kasar Boyong dalam campuran AC-BC, menghasilkan nilai Indirect Tensile Strength yang semakin menurun.
Collections
- Civil Engineering [4205]