ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGGUNAAN INHALASI BUDESONID/FORMOTEROL DIBANDINGKAN DENGAN INHALASI FLUTIKASON/SALMETEROL PADA PASIEN PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK) RAWAT JALAN DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA
Abstract
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, dimana biaya kesehatan yang dihabiskan untuk penyakit ini adalah sebesar 56% dari total biaya penyakit respirasi, sehingga pasien PPOK harus mempertimbangkan biaya serta efektivitas terapi obat yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas biaya penggunaan inhalasi budesonid/formoterol dibandingkan inhalasi flutikason/salmeterol pada pasien PPOK rawat jalan di RSUD Sleman. Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional menggunakan kuisioner COPD Assessment Test (CAT). Penelitian melibatkan sebanyak 33 pasien, dengan 12 pasien menggunakan inhalasi budesonid/formoterol dan 21 pasien menggunakan Inhalasi flutikason/salmeterol yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis efektivitas biaya di hitung menggunakan rumus Average Cost-Effectiveness Ratio (ACER) dan Incremental Cost-Effectiveness Ratio (ICER). Hasil penelitian didapatkan nilai ACER dari terapi inhalasi budesonid/formoterol adalah Rp. 2.098,8 dan inhalasi flutikason/salmeterol adalah Rp. 2.063,7. Sehingga dapat dikatakan bahwa inhalasi flutikason/salmeterol lebih cost-effective dibandingkan inhalasi budesonid/formoterol. Didapatkan nilai ICER sebesar Rp. 2.318,4, dimana bila terjadi perpindahan terapi dari inhalasi flutikason/salmeterol ke inhalasi budesoni/formoterol maka biaya yang harus dibayarkan adalah sebesar Rp. 2.318,4 untuk setiap peningkatan efektivitas.
Collections
- Pharmacy [1444]