Komunikasi Krisis Pemerintahan (Studi Deskriptif Kualitatif Pada Biro Hubungan Masyarakat Sekretariat Daerah Provinsi Riau Pasca Kasus Suap Annas Maamun Tahun 2014)
Abstract
Gayatri Mistar. Krisis Komunikasi Pemerintahan (Studi Deskriptif
Kualitatif pada Biro Hubungan Masyarakat Sekretariat Daerah Provinsi
Riau Pasca Kasus Suap Annas Maamun Tahun 2014). Skripsi Sarjana.
Program Studi Ilmu Komunikasi. Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya.
Universitas Islam Indonesia. 2017.
Annas Maamun merupakan Gubernur Riau terpilih dengan periode
kepemimpinan yakni tahun 2014-2019. Annas Maamun menjalankan tugas pokok
dan fungsinya sebagai Gubernur Riau terhitung dari tanggal 19 Februari 2014.
Namun, pada tanggal 25 September 2014 Annas Maamun tertangkap tangan oleh
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena menerima suap untuk pengajuan
revisi alih fungsi hutan di Kuantan Singingi, Riau senilai Rp. 2 Miliar. Annas
Maamun kemudian didakwa dengan hukuman pidana enam tahun penjara. Hingga
mengakibatkan Pemerintah Provinsi Riau mengalami krisis.
Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan tindakan komunikasi krisis yang
dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Riau melalui peran Biro Hubungan
Masyarakat Sekretariat Daerah Provinsi Riau. Penelitian ini juga bertujuan untuk
mendeskripsikan faktor-faktor pendukung dan penghambat yang teridentifikasi
dalam pelaksanaan tindakan komunikasi krisis tersebut. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif untuk menjelaskan dan
mendeskripsikan hasil data penelitian secara lengkap.
Hasil penelitian yang berhasil ditemukan ialah dilakukan beberapa tindakan
komunikasi krisis untuk menangani krisis pemerintahan. Adapun tindakan
komunikasi krisis yang dilakukan meliputi penetapan pengelola komunikasi krisis,
menjalin hubungan dengan media massa, melakukan pengumpulan berbagai fakta,
mengadakan konferensi pers, melaksanakan komunikasi reputasi melalui
publikasi-publikasi positif di website resmi biro, menetapkan Kepala Biro sebagai
juru bicara pemerintahan, dan menyediakan berbagai saluran komunikasi. Selain
itu, terdapat faktor-faktor pendukung pelaksanaan komunikasi krisis. Di antaranya
ialah penggunaan sistem one gate communication, menyediakan saluran tatap
muka langsung berupa ruang khusus wartawan, strategi pesan yang disampaikan
yakni rebuilding yang memperlihatkan keprihatinan, dan saluran media massa
disediakan maksimal. Sedangkan, beberapa faktor penghambat yang
teridentifikasi ialah tidak memiliki crisis plan, posisi humas pada saat tahap awal
krisis menutup diri, waktu respons krisis tidak segera, tim pengelola komunikasi
krisis tidak terstruktur, saluran komunikasi online tidak digunakan maksimal, dan
hadirnya juru bicara pihak eksternal.
Collections
- Psychology [2177]