Desa Wisata dan Seni di Kajar Kawasan Obyek Wisata Gunung Muria Kudus Penekanan pada Keselarasan Bentuk Bangunan Arsitektur Tradisional Kudus dengan Pola Lansekap Kawasan yang Menunjang Kegiatan Wisata
Abstract
Bangunan arsitektur tradisional Kudus sebagai salah satu nilai budaya perlu dilestarikan karena memiliki ciri khas
tersendiri baik dari bentuk bangunannya, makna yang terkandung maupun dari segi tata ruangnya.
Obyek wisata hutan Pinus Kajar sebagai salah satu obyek wisata alam di Kudus belum banyak menghasilkan bagi dunia
pariwisata, bahkan keberadaan hutan itu sendiri terancam karena banyak masyarakat yang melakukan pencurian kayu Pinus. Hal ini
melandasi perlunya dilakukan kegiatan wisata di hutan ini yang mampu mendukung dan melestarikan keberadaan pohon Pinus dengan
melibatkan masyarakat yang tinggal di dalamnya.
Untuk tujuan melestarikan keberadaan pohon Pinus bersama kegiatan pengambilan getah pinusnya yang dilakukan buruh
penyadap inilah, maka dibangun desa wisata yang mengolah wisata alam. Hasil kerajinan, termasuk kerajinan bunga Pinus yang
merupakan potensi kawasan.
Bangunan hunian yang ada pada desa wisata ini harus menampilkan bangunan khas Kudus yaitu khususnya bangunan
Joglo Pencu dan rumah payon, dimana bangunan rumah payon ini masih banyak terdapat di kawasan desa Kajar.
Bangunan rumah adat Kudus yang dibangun harus menyesuaikan dengan keberadaan elemen lansekap khususnya pohon
Pinus. Bangunan tidak boleh mengganggu pertumbuhan pohon Pinus.
Usaha kerajinan yang ada menampilkan kerajinan khas Kudus. Untuk menunjang usaha promosi kerajinan, maka letak
kerajinan yang saling berkaitan berdekatan satu sama lain, letak bangunan sedapat mungkin dekat dengan tempat penyediaan bahan
baku, letak kerajinan berdekatan dengan obyek wisata alam yaitu hutan pinus dan sungai watu putih, ada atraksi budaya penambah
daya tarik pada satu unit kerajinan yang diselenggarakan secara bergiliran.
Bangunan rumah adat Kudus yang ada di desa wisata memiliki konsep tertentu dalam pengaturan tata ruangnya seperti
aslinya yaitu ada tingkatan ruang yang dibedakan dengan ketinggian level lantai, dari halaman, bilik, serambi, jogosatru, senthong,
gedongan. Bilik terpisah dari bangunan utama dan diletakkan di depan. Arah hadap bangunan semua menghadap ke selatan.
Sesuai kebiasaan masyarakat Kajar yang menganggap surau sebagai tempat berkumpul, maka surau diletakkan sebagai
pusat orientasi kegiatan pada kawasan desa wisata.
Collections
- Architecture [3673]
Related items
Showing items related by title, author, creator and subject.
-
KOMUNIKASI PARTISIPATIF KELOMPOK SADAR WISATA DALAM MENGEMBANGKAN PARIWISATA KABUPATEN MAGELANG ( Studi Kasus Desa Wisata Wanurejo dan Desa Wisata Karanganyar)
Puri Oksi Arida Hidayat, 14321154 (Universitas Islam Indonesia, 2018-07-20)Pemerintah daerah Magelang mengembangkan dua puluh desa wisata kabupaten Magelang pada tahun 2009 antara lain desa wisata Wanurejo dan desa wisata Karanganyar salah satu cara untuk mengembangkan desa wisata tersebut adalah ... -
Pusat Wisata Alam di Teluk Grajagan Kabupaten Banyuwangi Penekanan pada Penataan Lansekap Fasilitas Wisata dengan Pendekatan Potensi Alam sebagai Penunjang Kegiatan Wisata
Lukman Hakim, 96340043 (Universitas Islam Indonesia, 2001) -
Taman Wisata Alam di Kawasan Green Belt Waduk Gajah Mungkur Wonogiri Penekanan pada penataan fasilitas wisata dengan pendekatan arsitektur organik sebagai penunjang kegiatan wisata
Dyah Hendrawati, 98512013 (Universitas Islam Indonesia, 2002)Tugas akhir ini mengambil lokasi di kawasan Green Belt Waduk Gajah Mungkur Wonogiri. Sesuai dengan kondisi lokasinya maka, dipilihlah Kawasan Wisata Alam. Mengingat daerah ini adalah merupakan daerah konservasi hutan serta ...