Analisis Alternatif Stasiun Kerja yang Ergonomis dengan Mempergunakan Analytical Hierarchy Process (Studi Kasus pada CV. Dewata Furni Exporter, Yogyakarta)
Abstract
Bagaimana stasiun kerja yang baik, seringkali dianggap tidak penting oleh
perusahaan atau perorangan. Hal ini tentunya akan berakibat pada menurunnya
produktivitas kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa stasiun kerja
yang ergonomis, sesuai dengan kenyamanan pekerja. Pendekatan ergonomis
didalam perancangan stasiun kerja merupakan satu hal yang penting untuk
diperhatikan. Dengan pendekatan ergonomis maka kenyamanan kerja operator
akan naik dan produktivilas akan meningkai pula. Metode yang digunakan yaitu
Analytical Hierarchy Proves (AHP). AHP akan memberikan struktur hierarchy
berupa kriteria dan subkriteria yang menjadi dasar pertimbangan dalam analisis
stasiun kerja ergonomis. Kriteria dan subkriteria yang tersusun dalam pemilihan
stasiun kerja tersebut adalah kemudahan gerak dengan subkriteria luas area
kerja, posisi alat dan posisi material. Kriteria kedua adalah kenyamanan kerja
dengan subkriteria suhu, cahaya, posisi kerja serta kebisingan. Kriteria ketiga
adalah keselamatan kerja dengan subkriteria keamanan kerja, debu, bau.
Dari hasil penelitian diperoleh bobot kriteria sebagai berikut: untuk
departemen perakitan kriteria kemudahan gerak (0.4640) dengan subkriteria luas
area kerja (0.2982), posisi alat (0.0874), posisi material (0.0587). Kriteria kedua
adalah kenyamanan kerja (0.1934) dengan subkriteria suhu (0.0385), cahaya
(0.0387), posisi kerja (0.0806), serta kebisingan (0.0288). Kriteria ketiga
keselamatan kerja (0.2130) dengan subkriteria keamanan kerja (0.1485), debu
(0.0447), ban (0.0179). Berdasarkan perbandingan seluruh kriteria dan
subkriteria, diperoleh alternatif stasiun kerja A sebagai stasiun kerja yang
dianggap nyaman oleh pekerja. Untuk departemen finishing kriteria kemudahan
gerak (0.5200), dengan subkriteria luas area kerja (0.3591), posisi alat (0.0977)
posisi material (0.0513). Kriteria kedua adalah kenyamanan kerja (0.2036),
dengan subkriteria suhu (0.0358), cahaya (0.0456), posisi kerja (0.0816)
kebisingan (0.0311). Kriteria ketiga keselamatan kerja (0.1437) dengan
subkriteria keamanan kerja (0.1044), debu (0.0244), bau (0.0126). Berdasarkan
perbandingan seluruh kriteria dan subkriteria, diperoleh alternatif stasiun kerja
A sebagai stasiun kerja yang dianggap nyaman oleh pekerja. Kecuali pada
subkriteria bau, yang dianggap nyaman oleh pekerja adalah stasiun kerja B.
Collections
- Industrial Engineering [2321]