PUSAT AUTISMA YOGYAKARTA TERAPI WARNA SEBAGAI DASAR PERANCANGAN INTERIOR
Abstract
Autisma adalah gangguan perkembangan anak khususnya dalam hal
komunikasi, interaksi sosial dan perilaku. Di Yogyakarta, komunitas tersebut belum terfasilitasi
oleh bangunan yang khusus mewadahi anak autistic, sebagai tempat terapi mereka. Ini
adalah alasan dirancangnya Pusat Autisma Yogyakarta, dimana nantinya anak autistic dapat
terfasilitasi, dan orang awam atau ahli yang bergerak dalam disiplin ilmu yang menangani
permasalahan anak atau peneliti atau siapapun yang ingin mengetahui tentang autisma bisa
mendapatkan informasi yang mereka cari. Tempat ini juga, diharapkan menjadi bangunan
penelitian untuk mencari solusi dan inovasi penanganan terapi autisma baik dari segi
kedokteran maupun kejiwaan. Konsep perancangan bertujuan untuk menciptakan bangunan
yang menarik dan kondusif sehingga anak autistic mengalami perkembangan yang pesat
pada kegiatan terapinya dibandingkan pada bangunan terapi pada umumnya. Wama
digunakan sebagai konsep perancangan pada Pusat Autisma Yogyakarta. Penggunaan
warna adalah untuk membangun keingintahuan yang dapat memicu rasa ketertarikkan.
Tahap Skematik Desain sebagai langkah awal penerapan konsep Terapi Warna
sebagai dasar perancangan interior pada Pusat Autisma Yogyakarta. Konsep warna pada
keseluruhan bangunan disesuaikan berdasarkan tujuan dan kegiatan pada unit-unit bangunan
didalamnya, sehingga membentuk kondisi psikologis yang kondusif. Kombinasi warna yang
digunakan adalah kombinasi warna dingin (Cold) pada ruang terapi ABA I yang bertujuan
meredam emosi anak. Kombinasi warna Hangat (Warm) pada ruang terapi ABA II, ruang
terapi Sensori Integrasi dan Hydrotherapy yang bertujuan untuk membangun keinginan
bersosialisasi dan selalu beraktifitas untuk bermain. Serta kombinasi warna terang (Tranquil)
pada ruang terapi ABA III dan Musik Therapy yang bertujuan untuk membangun imajinasi
anak dan menghilangkan perasaan jenuh selama menjalani terapinya. Untuk ruang terapi
Snoezelen hanya menggunakan warna putih, karena ruang terapi snoezelen adalah ruang
terapi untuk menurunkan emosi anak dengan menggunakan permainan cahaya warna-warni,
visual dan aroma therapy. Pencahayaan di dalam bangunan didasarkan untuk mendapatkan
pencahayaan yang mendukung warna di dalam ruang-ruang terapi.
Tahap akhir perancangan, dikembangkan dengan mendekatkan unit medis
dengan unit psikologis untuk memudahkan menjalin kerjasama informasi yang baik. Musholla
menjadi satu massa terpisah yang diletakkan ditengah-tengah komposisi massa bangunan
yang bertujuan untuk memudahkan pencapaian dan sebagai simbol bahwa kesembuhan
didapat dari sang pencipta dan manusia hanya dapat berusaha dan tawakal. Area terapi
musik dipisahkan dengan unit medis, hal ini bertujuan untuk meminimalkan efek suara pada
ruang-ruang terapi lainnya. Entrance dibagi menjadi satu entrance utama dan dua sub
entrance, yaitu entrance utama berhubungan langsung dengan lobby, entrance berhubungan
dengan unit Psikologi dan Medis, dan entrance berhubungan dengan medis dan penunjang.
Penekanan Open Space di dalam komposisi massa didasarkan pada kedekatan ruang terapi.
Open space Unit medis membangun saraf pergerakan anak, dan unit psikilogi membangun
sikap bersosialisasi dan kerjasama pada anak-anak autistic. Area tunggu menjadi terpencar di
depan kelas ruang-ruang terapi dan berhubungan langsung dengan open space. Vegetasi
pada open space menggunakan vegetasi tanaman yang berbunga sepanjang tahun dan
memiliki warna bunga yang beraneka ragam dan cerah untuk memudahkan pengenalan anak
ketika mereka belajar di luar ruangan.
Collections
- Architecture [3718]