dc.description.abstract | Pemukiman ilegal kini semakin pesar pertumbuhannya dan merupakan permasalahan bagi setiap kota di Indonesia, dilatar belakangi oleh kepadatan penduduk dan semakin meningkatnya jumlah warga pendatang ke kota untuk menggantungkan hidup di kota tersebut. Pemukiman ilegal di pinggir rel kereta api Bathara Kresna Pasar Kliwon, Semanggi, Surakarta merupakan pemukiman yang di dominasi oleh masyarakat berpendapatan rendah (MBR) yang mendiami lahan pinggir rel kereta api.
Perencanaan Kampung Deret ini menggunakan metode Open Building yaitu metode desain yang memungkinkan keterbukaan kolaborasi aktor dalam perencanaan yang bertujuan untuk mewujudkan hunian bagi MBR, dengan prinsip Open Building yaitu tissue, support, fit-out infill. Pada kasus rancangan kali ini tissue diperankan PT KAI, support oleh Developer, dan fit-out infill oleh Masyarakat. Karena menempati lahan ilegal maka perlunya strategi untuk merencanakan konstruksi hunian, sistem knock down dipilih untuk menjadi struktur yang temporer dan memiliki tingkat fleksibilitas tinggi dalam mengakomodasi kebutuhan warga kampung yang memiliki durasi sewa lahan hanya 12 tahun.
Hasil rancangan bangunan Kampung Deret yaitu berupa unit hunian yang memiliki 10 tipe yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pengguna. Struktur Knock Down dapat di bongkar pasang merespon pada penggunaan lahan ilegal. Integrasi Kampung Deret berupa tampilan bangunan yang khas dengan atap rumah jawa yang memiliki beberapa alternatif diantaranya implementasi Rumah Joglo, Rumah Limasan, dan Rumah Kampung guna menjadi daya tarik tersendiri bagi pengguna kereta wisata Bathara Kresna yang melintas pada rel kereta api di site Kampung Deret ini. | en_US |