Show simple item record

dc.contributor.advisorArif Wismadi dr.Ir.M.Sc
dc.contributor.authorHendratmo Cesmamulya, 14512187
dc.date.accessioned2018-07-09T11:43:14Z
dc.date.available2018-07-09T11:43:14Z
dc.date.issued2018-06-25
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/8361
dc.description.abstractSaat ini terjadi penyimpangan fungsi masjid, masjid dipandang sebagai tempat sakral untuk sholat dan milik beberapa golongan/kelompok saja. Masjid seharusnya tumbuh sebagai ikon islam yang tumbuh dan berkembang ditengah – tengah masyarakat/komunitas tertentu. Salah satu masjid yang dapat memenuhi tujuan tersebut yaitu masjid Jogokariyan. Agar masjid Jogokariyan dapat dikembangkan sebagai pusat pemberdayaan masyarakat, maka dibutuhkan kegiatan yang tidak hanya berfokus pada peribadatan tetapi juga kegiatan ekonomi, sehingga diperlukan adanya investasi. Investasi diperlukan agar masjid memiliki aktivitas kegiatan ibadah yang lebih beragam sekaligus memajukan perekonomian masyarakat sekitar namun apabila investasi terlalu banyak pada suatu kawasan maka akan muncul kecenderungan sikap menguasi lahan dari pihak investor, hal ini menyebabkan masyarakat asli Jogokariyan yang dekat dengan masjid akan tergusur. Konsekuensinya, untuk meningkatkan masuknya modal ke dalam wilayah Jogokariyan ruang komersial pada hunian harus luas dan agar jamaah atau penduduk asli tidak tergusur atau menjauh dari masjid maka ruang komersial harus lebih sempit dari ruang hunian. Kontradiksi lain adalah dengan menjadikan masjid sebagai pusat pemberdayaan maka diperlukan perluasan kebutuhan fungsi masjid sehingga perlu adanya tindakan redesign untuk menciptakan masjid yang terbuka. Jika masjid didesain dengan kesan terbuka maka dapat lebih mengundang seluruh lapisan masyarakat tetapi nilai kesakralan masjid akan terganggu. Sehingga proses redesign diharapkan dapat menciptakan kondisi visual masjid yang terbuka namun tetap membatasi masyarakat agar nilai kesakralan masjid tetap terjaga. Namun akibat tuntutan konstruksi proses redesign, dibutuhkan percepatan berfungsinya ruangan agar tidak mengganggu kegiatan ibadah jamaah . Jika proses pembangunan masjid hanya berfokus pada percepatan berfungsinya ruangan maka pembangunan masjid akan cepat terselesaikan tetapi nilai estetika/keindahan bangunan akan menurun. Sehingga redesign masjid Jogokariyan diharapkan menggunakan sistem struktur yang dalam proses pengerjaannya tidak mengganggu aktivitas ibadah masyarakat sekaligus memiliki tampilan visual yang menarik. Munculnya kontardiksi permasalahan pada hunian dan masjid Jogokariyan umumnya diselesaikan menggunakan pendekatan tradisional, dimana mengurangi dampak negatif dengan cara mengoptimalkan manfaat sehingga hasil desain yang diingikan tidak maksimum. Sedangkan yang diinginkan adalah aspek negatif hilang tanpa mengurangi improving parameter, untuk melakukan hal tersebut ada sebuah pendekatan pemikiran yang disebut sebagai TRIZ ( Theory of Invintive Problem Solving ). TRIZ berfokus pada penyelesaian problem/solusi yang bersifat kontradiktif. TRIZ menyediakan tools untuk mengurangi worsening parameter tanpa mengilangkan ataupun mengurangi improving parameter. Batasan desain meliputi masjid Jogokariyan beserta rumah – rumah yang bersedia untuk direnovasi oleh pihak pengurus masjid Jogokariyan.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectTRIZen_US
dc.subjectMasjid Jogokariyanen_US
dc.subjectRedesainen_US
dc.subjectMasjid sebagai pusat pemberdayaan masyarakaten_US
dc.titleRedesain Masjid Jogokariyan sebagai Pusat Pemberdayaan Masyarakat Menggunakan Pendekatan TRIZ ( Theory of Invintive Problem Solving )en_US
dc.typeUndergraduate Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record