dc.description.abstract | Keracunan merupakan salah satu masalah kegawat daruratan paling umum dengan peningkatan morbiditas dan angka kematian di seluruh dunia yang dimana memerlukan penatalaksanaan terapi secara cepat, tepat, dan cermat sehingga dapat mencegah pasien meninggal dan membuat pengobatan menjadi efektif dan efisien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian kasus gawat darurat keracunan, mengetahui profil penatalaksanaan terapi keracunan, dan mengevaluasi tata laksana terapi keracunan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUP DR. Sardjito Yogyakarta. Data yang diambil dari penelitian ini yaitu semua pasien yang terdiagnosa keracunan. Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan rancangan cross-sectional. Alat ukur yang digunakan adalah buku pedoman Poisoning & Drug Overdose Edisi kelima dan Goldfrank’s Toxicologic Emergency Edisi kedelapan. Analisis statistik yang dilakukan meliputi analisis univariat dan bivariat menggunakan SPSS. Pada periode Januari 2016 - Desember 2017 ditemukan 97 kasus keracunan dengan angka kematian 2 kasus. Penyebab tertinggi keracunan yaitu gigitan ular (26,8%). Pasien mayoritas adalah laki-laki (63,9%), usia 12-25 tahun (38,1%), memiliki pendidikan SMA (37,13%), serta bekerja sebagai pelajar/mahasiswa (38,1%). Penatalaksanaan terapi terbanyak yang diberikan yaitu terapi oksigenasi (31,96%), elektrolit (49,48%) dan antihistamin (36,08%), dan antidotum Serum Anti Bisa Ular (SABU) (57,69%). Penatalaksanaan terapi keracunan yang sudah sesuai buku pedoman sebanyak 60 kasus (61,86%),belum sesuai sebanyak 29 kasus (29,9%), dan belum terdapat di dalam buku pedoman sebanyak 8 kasus (8,25%) sebagai konsekuensi belum tersedianya Standar Prosedur Operasional untuk penatalaksanaan keracunan di Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. | en_US |