Show simple item record

dc.contributor.authorYudhananta, Taufik, 99512039
dc.date.accessioned2018-05-16T12:35:58Z
dc.date.available2018-05-16T12:35:58Z
dc.date.issued2004-01
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/123456789/7347
dc.description.abstractWayang sebagai warisan karya budaya nenek movant* bangsa Indonesia yang tersebar dan sabang sampai merauke berkembang sejak jaman prasejarah hingga mcncapai kemerdekaannya, hat ini mcmbukrikan bahwa bangsa Indonesia mempunyai kebudayaan yang tinggi dan diwariskan secara turun temurun sehmgga terpclihara kcasliannya. Dalam perkembangannya seni pewayangan tidak terlepas dari perjalanan sejarah yang pada suatu waktu kcbcradaan wayang berbeda - beda, misalnya dan bahail pembuafnya, cerira wayang, jenis wayang, dll. Dalam rangka pclcstarian budaya tersebut bcrbagai upaya telah dilakukan pemcrintah dimana salah satu usahanya adalah memasukkan dan menyimpannya didalam museum. Yogyakarra dikenal sebagai Kota Budaya yang banyak menyimpan warisan budaya dikarenakan peiiinggalan dari Kesultanan Kraton Ngayogyokarto lladiningrat dan jaman dahulu sampai sckarang yang tiada habisnva. Potensi-potensi seni dan budaya Kota Yogyakartasampai saat ini masih lestari dan banyak berkembang baik scni aipa tradisional, klasik, maupun modem yang tersebar discluruh penjuru kota. Oleh karena itu banyak para wisafawan baik dalam maupun mancanegara memilih Kota Yogyakarta sebagai kota kunjungan wisata. Dari sckian banyak warisan budaya yang diwariskan adalah seni pewayangan yang sampai sekarang masih diangap"sakrai" oleh kebanyakan orang. Seni pewayangan merupakan salah satu pcrbendaharaan budaya bangsa yang mempunyai arti penting bagi bangsa Indonesia, teaitama bagi mereka yangmendalami dan menckuni isi ajaran tokoh-tokoh wayang dan ceritanya. Dalam kehidupan masyarakat sekarang ini, seni pewayangan sudah sedikit banyak ditinggalkan karena sudah dianggap kuno, mereka cenderung memilih kesenian yang lebih modem, kesenian yang mengikuti perkembangan jaman. Dalam upaya pclcstarian wayang tersebut maka diperlukan suatu wadah yang dapat menampung kegiatandidalamnya, dalam hal ini adalah "museum wayang". Dalam pembahasanini adalah bagarmana membuafsebuah bangunan museumuntuk wayang yang meng-implementasikan ekspresi dari wayang tersebut sebagai konsep desain perancangannva, sehingga ekspresi dari wayang tersebut dapat menjiwai dan menyatu dalam bangunannya. Adapun yang menjadi batasan dari ekspresi wayang tersebut yang menjadi konsep desainnya yaitu Tokoh wayang Pandawa dan Gunungan wayang. Keduanya mempunyai hubungan yang erat dimana Gunungan merupakan bentuk universal dari wayang dalam arti simbol dari dunia pewavangan dan Pandawa merupakan salah tokoh yang ditcritakan dalam pewayangan. Tokoh Pandawa ditransformasikan kedalam desain massa-massa bangunan, baik posisi atau perletakan bangunannya, bentuk bangunannya, dan tungsi bangunannya.Selain itu Tokoh Pandawa juga ditransformasikan kedalam ruang-ruang pamernya yang berjumlah 5 sesuai dengan pcriodisasi jaman perkembangannya. Gunungan wayang ditransformasikan kedalam desain pintu gerbang atau gapura di masing - masing bangunan sebagai elemen pengikat antara bangunan yang satu dengan yang lain. Selain itu gunungan wayang ini juga ditransformasikan kedalam desain pintu pada ruang —ruang utama sebagai penanda pcralihan atau transisi antar ruang. Didalam museum ini juga didukung dengan fasilitas penunjang berupa auditorium, tempat pertunjukan, pembuatan kerajman wayang, pcrpustakaan, gallery, dan restoran/cafetaria. Sehingga diharapkan museum wayang ini nanrinya mampu meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam seni pewayangan sehingga warisan budaya wayang ini tidak akanluntur dan hilangdari pandangan dan jiwa bangsa Indonesia.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.titleMuseum Wayang di Yogyakarta Implementasi Ekspresi Wayang ke dalam Desain Bangunanen_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record