Show simple item record

dc.contributor.advisorSaepudin, Ph.D., M.Si, Apt.
dc.contributor.advisorNovi Dwi Rugiati, M.Sc., Apt.
dc.contributor.authorHendrik, 11613144
dc.date.accessioned2018-04-19T14:50:59Z
dc.date.available2018-04-19T14:50:59Z
dc.date.issued2017-11-17
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/123456789/6625
dc.description.abstractApoteker sebagai salah satu tenaga kesehatan, diharapkan terus meningkatkan ilmu kefarmasiaan dan keterampilan agar kualitas pelayanannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut dapat dicapai melalui kegiatan pendidikan berkelanjutan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui topik pendidikan berkelanjutan yang paling diperlukan oleh apoteker di puskesmas Sleman dan Kota Yogyakarta.Topik yang diangkat mengacu pada Permenkes nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.Pengambilan data penelitian dilakukan menggunakan kuisioner dengan 4 skala likert mulai dari sangat tidak diperlukan sampai sangat diperlukan.Penelitian dilakukan kepada 39 apoteker pelayanan kefarmasian di puskesmas Sleman dan Kota Yogyakarta.Sebanyak 37 orang (95%) mengembalikan kuisioner dengan isian lengkap dan menjadi responden dalam penelitian ini. Hasil pendataan responden didapatkan sebanyak 97,3% responden merupakan apoteker wanita, rentang usia kurang dari 30 tahun (65%) dengan pengalaman kerja kurang dari 3 tahun (67%). Lebih dari setengah responden (62%) menganggap bahwa kegiatan pendidikan berkelanjutan itu penting. Topik yang sangat diperlukan apoteker untuk pendidikan berkelanjutan, antara lain terkait pengelolaan obat, diperlukan pencatatan dan pelaporan penggunaan obat dan perbekalan farmasi (45,9%), pengendalian obat dan perbekalan farmasi (43,2%), serta evaluasi pengelolaan obat dan perbekalan farmasi (43,2%). Pelayanan farmasi klinik, tentang pelayanan konseling obat (81,1%), komunikasi efektif dengan pasien (78,4%) serta monitoring dan pelaporan efek samping obat (67,6%). Topik farmakoterapi berupa farmakoterapi penyakit kardiovaskular (64,9%), farmakoterapi penyakit infeksi bakteri (64,9%), serta farmakoterapi gangguan otot dan sendi (54,1%). Pengujian statistik metode Chi-Square (p<0,05) ada dua faktor yang sangat mempengaruhi tingkat kepentingan dalam melakukan pendidikan berkelanjutan ini yaitu usia apoteker (p = 0,029) dan tahun kelulusan sarjana (p=0,023). Secara umum tiga topik pendidikan berkelanjutan yang sangat diperlukan oleh apoteker puskesmas di Sleman dan Kota Yogyakarta adalah tentang pencatatan-pelaporan dan pengarsipan obat dan bahan medis habis pakai, pelayanan konseling obat, dan farmakoterapi penyakit kardiovaskular dan infeksi bakteri. faktor yang secara mempengaruhi tingkat kepentingan apoteker puskesmas terhadap kegiatan pendidikan berkelanjutan dalam penelitian ini adalah usia dan tahun lulus sarjana farmasi.id
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaid
dc.subjectApotekerid
dc.subjectpelayanan kefarmasianid
dc.subjectpendidikan berkelanjutanid
dc.subjectpuskesmasid
dc.titleIdentifikasi Kebutuhan Topik Pendidikan Berkelanjutan Apoteker Puskesmas di Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarataid
dc.typeUndergraduate Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record