| dc.description.abstract | Dalam Islam, gadai merupakan salah satu kategori perjanjiaan hutang piutang yang aman untuk suatu kepercayaan dari orang yang berpiutang, oleh karena itu, orang yang berhutang dalam hal ini penggadai menggadaikan barangnya sebagai jaminan terhadap hutangnya. Pemanfaatan seluruh hasil dari barang jaminan berupa lahan cengkeh yang dilaksanakan oleh masyarakat Tolitoli memberikan dampak bahwa praktik gadai seperti ini cenderung merugikan pemilik cengkeh atau penggadai dan menimbulkan gejala sosial yang dapat merusak tatanan masyarakat yang notabenenya menjadikan lahan cengkeh sebagai mata pencaharian pertama dan utama.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan pendekatan normative dan sosiologi. Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Toli-toli Provinsi Sulawesi Tengah. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian dari penelitian ini adalah, Pertama, ketidak sesuaian antara praktik gadai lahan cengkeh di kabupaten Tolitoli dengan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No:25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn, ketidak sesuaian terletak pada pemanfaatan barang gadai, didalam fatwa dijelaskan bahwa penerima gadai boleh memanfaatkan hasil dari barang gadai atas seizin penggadai dan pemanfaatan hasil tersebut sebatas biaya pemeliharaan dan perawatan barang jaminan sedangkan gadai lahan cengkeh yang dilaksanakan oleh masyarakat di Kabupaten Tolitoli, pemanfaatan barang gadai oleh penerima gadai dengan mengambil seluruh hasil dari barang jaminan.. Kedua, pemanfaatan seluruh barang jaminan oleh penerima gadai dengan mengambil seluruh hasil lahan cengkeh yang di praktikkan di Kabupaten Tolitoli tidak dibenarkan dalam perspektif maqāşid syarī’ah.
In Islam, pawn belongs to one of the categories of loan over a trust of a lender, therefore, the indebted person in this case the pawner pawns his goods as collateral for his loan. The utilization of the entire proceeds of the collateral in the form of clove land by Tolitoli community shows that this kind of pawn practice is likely to harm the owner of the land or the pawner and cause social phenomena that can undermine social order where the clove land functions as the main source of livelihood.
This study used qualitative method with normative and sociological approach. The location of this study was Tolitoli Regency in Central Sulawesi Province. The data collection techniques were observation, interview and documenttation.
The results of this study showed that: first, , the practice of love land pawning in Tolitoli Regency is not in accordance with National Shariah Board Fatwa No: 25/DSN-MUI/III/2002 concerning rahn. the mismatch lies in the utilization of the pledge goods, in the fatwa it is explained that the receiver of the mortgage may utilize the proceeds from the mortgage on the permit and the utilization of the result is limited to the maintenance and maintenance of the collateral goods while the clove land levy is carried out by the community in Tolitoli District, the utilization of the pawning by the receiver of the pledge by taking all proceeds from the collateral goods. Secondly, the utilization of all collateral goods by the pawnshop by taking all the clove land which is practiced in Tolitoli Regency is not justified in maqāşid syarī'ah perspective. | en_US |
