Show simple item record

dc.contributor.advisorBapak Fathul Wahid, Ph.D
dc.contributor.authorAbid Yanuar Badharudin, 13917101
dc.date.accessioned2018-02-23T09:36:58Z
dc.date.available2018-02-23T09:36:58Z
dc.date.issued2018-01-30
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/5812
dc.description.abstractBencana alam di dunia ini tidak dapat dicegah, namun manusia dapat meminimalisir kerugian akibat bencana. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memiliki potensi besar dalam manajemen bencana Kuppuswamy dan Rajarathnam (2009). Pengumpulan data dan informasi terkait kejadian bencana masa lampau sangat bermanfaat sehingga dapat menjadi basis pengetahuan dalam pembuatan teknologi alat deteksi dini suatu bencana. Konteks penelitian ini adalah tentang penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam manajemen bencana dengan studi kasus tanah longsor di Kabupaten Banjarnegara. Fokus pembahasan antara lain penggunaan TIK pada prabencana, tanggap darurat, dan pascabencana. Pada prabencana membahas tentang pengaruh penggunaan TIK yang berakibat pada munculnya kesadaran publik, pemberian pendidikan dan pelatihan kepada masyarakat yang rentan terhadap bahaya dan bencana. Pada tanggap darurat adalah bagaimana peran TIK pada tanggap darurat, serta teknologi informasi penunjang apa saja yang digunakan pada saat bencana. Adapun penggunaan TIK pada pascabencana yaitu tentang bagaimana bangkit dari bencana, mempersiapkan dan dapat memulai kehidupan baru pascabencana dengan berbagai pelatihan-pelatihan ekonomi berbasis TIK. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan teknik studi lapangan, pengumpulan data wawancara dengan sampel sumber data secara purposive dan snowball, Hasil yang diperoleh diantaranya perlunya edukasi teknologi informasi dan komunikasi yang intens pada masyrakat dimana alat EWS diletakkan di sekitar lingkungan mereka. Karena sejatinya alat tersebut sebagai pendukung deteksi dini bencana. Sehingga masyarakat dapat hidup serta akrab terhadap bahaya tanah longsor yang bisa jadi datang tiba-tiba.Belum adanya ketetapan rencana kontigensi yang berketetapan hukum sehingga aspek legal dari kerangka kerja perencanaa Metigasi bencana masih berdasarkan pengalaman lapangan. Dalam waktu dekat BPBD akan membentuk tim perumus rencana kontigensi sebagai dasar tindakan metigasi masa depan. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi pada bencana tanah longsor di Kabupaten Banjarnegara serta adanya berbagai alternatif penggunaan TIK dengan menggunakan potensi kearifan lokal, menjadi bukti bahwa Banjarnegara merupakan laboratorium bencana tanah longsor bukan sebagai supermarket bencana, sehingga layaknya sebuah laboratorium, setiap disiplin ilmu pengetahuan dapat belajar dan mempelajari setiap kegiatan yang terjadi pada manajemen bencana, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Natural disasters in this world can not be prevented, but humans can minimize losses caused by disasters. Information and Communication Technology (ICT) has great potential in disaster management Kuppuswamy and Rajarathnam (2009). The collection of data and information related to the past catastrophic events is very useful so that it can be a knowledge base in the manufacture of early detection technology technology of a disaster. The context of this research is about the use of information and communication technology in disaster management with landslide case study in Banjarnegara District. The focus of the discussion is the use of ICT in pre-disaster, emergency response, and post-disaster. In the pre-planned discussion of the effects of ICT utilization which resulted in the emergence of public awareness, the provision of education and training to people vulnerable to hazards and disasters. In the emergency response is how the role of ICT in emergency response, as well as what supporting information technology is used in times of disaster. The use of ICT in post-disaster is about how to rise from disaster, prepare and be able to start a new post-disaster life with various ICT-based economic training. The approach in this study used field study techniques, data collection of interviews with sample data sources by purposive and snowball, The results obtained include the need for educational information technology and intense communication on the community where EWS tools are placed around their environment. Because the tool is actually supporting disaster early detection. So that people can live as well as familiar to the danger of landslides that may come suddenly. There is no provision of legal contingency plans so that the legal aspects of the disaster planning framework are still based on field experience. In the near future BPBD will form a drafting team contingency plan as the basis of future metigasi action. The use of information and communication technology in landslide disaster in Banjarnegara Regency and the existence of various alternative of ICT utilization by using local wisdom potency become evidence that Banjarnegara is a landslide disaster laboratory not as a disaster supermarket, so as a laboratory, every discipline can learn and studying every activity that occurs in disaster management, including the use of information and communication technologiesen_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectTIKen_US
dc.subjectManajemenen_US
dc.subjectprabencanaen_US
dc.subjecttanggap daruraten_US
dc.subjectpascabencanaen_US
dc.subjectICTen_US
dc.subjectManagementen_US
dc.subjectpre-disasteren_US
dc.subjectemergency responseen_US
dc.subjectpost disasteen_US
dc.titleTEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM MANAJEMEN BENCANA: STUDI KASUS TANAH LONGSOR DI KABUPATEN BANJARNEGARAen_US
dc.typeMaster Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record