Show simple item record

dc.contributor.advisorDr.Ing. Putu Ayu P.Agustiananda, ST.MA.
dc.contributor.authorFarras Putri Almahdar, 13512031
dc.date.accessioned2018-02-15T14:57:58Z
dc.date.available2018-02-15T14:57:58Z
dc.date.issued2018-02-14
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/5544
dc.description.abstractKauman adalah kampung yang memiliki rangkaian dengan keraton Yogyakarta dalam bidang keagamaan . Selain berkembang sebagai kampung yang islami , Kampung Kauman juga dikenal dengan industri batiknya . Rumah-rumah yang digunakan sebagai tempat produksi batik dikenal dengan sebutan “Batik Handel” . Handel merupakan bahasa Belanda yang artinya pengusahan, sehingga Batik Handel artinya adalah pengusaha batik. Rumah-rumah Batik Handel merupakan rumah yang digunakan sebagai tempat produksi sekaligus tempat tinggal. Kampung Kauman sebagai sentra batik mulai hilang ketika bergantinya menteri perdagangan menjadi prof.Sumitro dimana beliau membuat kebijakan orang-orang non pribumi boleh memproduksi batik dan diijinkannya batik printing, sehingga banyak perusahaan batik yang mulai berhenti produksi karena ketatnya persaingan. Tidak ada pengusaha batik yang bertahan sampai sekarang sehingga rumah Batik Handel hanya dibiarkan kosong tanpa ada perawatan yang khusus. Kampung Kauman dinyatakan sebagai kawasan yang memiliki latar belakang sejarah, keunikan arsitektur, keunikan bentukan tata ruang dan lingkungan sekitar ini telah ditetapkan sebagai kawasan pelestarian pengembangan. Pada bangunan rumah batik handel yang sudah tidak di digunakan lagi merupakan bangunan cagar budaya akan dilakukan perancangan Museum Batik Kauman dengan pendekatan Adaptive Reuse dan Infill Design Bangunan rumah Batik Handel akan di adapatasi menjadi Museum Batik yang tetap mempertahankan bentuk bangunan tanpa menghancurkan bangunan sebagai salah satu usaha bentuk pelestarian. Untuk menunjang adaptasi pada Museum Batik ini akan dilakukan pendekatan Infill Design untuk memenuhi kebutuhan ruang yang ada pada Museum Batik . Museum batik di rancang untuk mewadahi hasil kerajinan yang di produksi khusus dari penduduk Kauman dan menghidupkan kembali Batik asli Kauman yang sudah lama vakum dengan fungsi ruang berupa ruang pameran , ruang untuk belajar membuat batik dan souvenir shop . Perancangan Museum Batik Kauman ini dapat dikatakan berhasil karena mampu mengadaptasi bagunan rumah menjadi Museum dan mampu menambah bangunan baru untuk menunjang fasilitas yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat Kauman. Kauman is a village that has relationship with Yogyakarta palace in the religious field. Besides developing as an Islamic village, Kauman is also known for its batik industry. The houses used as batik production areas are known as "Handel Batik". Handel is the Dutch language which means entrepreneur , so the meaning of Handel Batik is batik entrepreneurs. Batik Handel houses are used as a place of production as well as residence. Kauman village as a center of batik began to disappear when prof.Sumitro became a trade minister. where he made the policy of non indigenous people may produce batik and permitted batik printing, so many batik companies are starting to stop production due to intense competition. There is no batik entrepreneur who survived until now so that the Handel Batik house is left empty without any special care. Kauman village is expressed as an area that has a historical background, uniqueness of architecture, the uniqueness of spatial and environmental formation has been defined as a conservation area of development. In building batik house handel that is not in use anymore is a cultural heritage building will be designing Museum Batik Kauman with Adaptive Reuse approach and Infill Design Batik Handel building building will be adapted into Museum Batik which still maintain the form of building without destroying the building as one of the business form of preservation. To support the adaptation of this Batik Museum will be done Infill Design approach to meet the needs of existing space in the Museum Batik. Batik Museum is designed to accommodate the handicrafts produced in special production from Kauman residents and revive original Batik Kauman which has long vacuum with the function of space in the form of exhibition space, space to learn to make batik and souvenir shop. The design of Batik Kauman Museum can be said to be successful because it can adapt home to be a museum and able to add new buildings to support facilities that can improve the economy of Kauman community.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectAdaptive Reuseen_US
dc.subjectInfill Designen_US
dc.subjectRumah Batik Handelen_US
dc.subjectAdaptive Reuseen_US
dc.subjectInfill Designen_US
dc.subjectBatik Handel Buildingen_US
dc.titlePERANCANGAN MUSEUM BATIK KAUMAN YOGYAKARTA DENGAN PENDEKATAN ADAPTIVE REUSE DAN INFILL DESAIN RUMAH BATIK HANDELen_US
dc.typeUndergraduate Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record