dc.contributor.author | Muna, Zairina Qonita | |
dc.date.accessioned | 2017-12-23T20:06:04Z | |
dc.date.available | 2017-12-23T20:06:04Z | |
dc.date.issued | 2017-12 | |
dc.identifier.uri | http://hdl.handle.net/123456789/4987 | |
dc.description.abstract | Perkawinan mut’ah atau sering disebut sebagai kawin kontrak merupakan hal yang lazim bagi penganut paham Syiah di Iran. Di Indonesia sendiri, nikah mut’ah juga terjadi di berbagai daerah salah satunya yang paling menonjol adalah di Puncak Bogor Jawa Barat. Nikah Mut’ah pada awal Islam memang diperbolehkan, karena dalam kondisi perang. Namun, diyakini oleh para Ulama Sunni bahwa syari’at mut’ah telah dihapus (nashk) oleh Rasulullah hingga sekarang. Sedangkan menurut ulama Syi’ah, syari’at mut’ah belum dihapus hingga saat ini. Hal tersebut menjadi polemik ketika pada saat ini masih ada yang melakukan nikah mut’ah atau kawin kontrak. Selanjutnya, nikah mut’ah akan dilihat dari perspektif maqashid al-syari’ah, apakah membawa kepada kemashlahatan manusia atau tidak. | en_US |
dc.publisher | Magister Studi Islam, FIAI, UII | en_US |
dc.subject | nikah mut’ah, kawin kontrak, maqashid al-syari’ah. | en_US |
dc.title | PENERAPAN MAQASHID AL-SYARI’AH DALAM KASUS PERKAWINAN MUT’AH | en_US |
dc.type | Article | en_US |