Show simple item record

dc.contributor.authorMarsaoly, Nadya Safira
dc.date.accessioned2024-03-15T02:55:39Z
dc.date.available2024-03-15T02:55:39Z
dc.date.issued2023
dc.identifier.uridspace.uii.ac.id/123456789/48347
dc.description.abstractMuseum adalah suatu organisasi yang fungsinya melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi dan memperkenalkannya kepada masyarakat (Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2015).Museum ini menyimpan berbagai peninggalan masa lampau, termasuk rempah-rempah yang telah berusia ratusan tahun. Pulau Ternate merupakan salah satu pusat produksi rempah-rempah yang menarik minat para penjelajah Barat. Perjalanan Ternate sebagai penghasil rempah-rempah khususnya cengkeh dimulai pada abad ke-13 dan ke-14 di bawah pimpinan Kolano Sida Arif Malano (1317-1331), sebelum pengaruh 'Islam' muncul. Pada masa ini, Ternate mulai dibuka sebagai pelabuhan niaga utama di kawasan Maluku. Para pedagang dari mancanegara dan kawasan lain di Nusantara kemudian mulai berdatangan ke tanah Ternate, seperti pedagang-pedagang Cina, Arab, dan Gujarat, hingga Jawa, Maluku, dan Makassar. Dengan menggunakan pertimbangan penerapan critical regionalism, desain museum yang di gagaskan mampu mengangkat nilai-nilai tradisi, serta prinsip dan identitas lokal pada bangunan museum yang di desain. Desain yang menarik dan baru bagi masyarakat awam dapat membantu meningkatkan minat masyarakat untuk mempelajari atau sekedar melihat tentang bagaimana gambaran perdagangan pada jaman dulu.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectPerancangan Bangunanen_US
dc.subjectMuseum Rempahen_US
dc.subjectPendekatan Critical Regionalismeen_US
dc.titleStudio Akhir Desain Arsitektur Perancangan Bangunan Museum Rempah Dengan Pendekatan Critical Regionalisme Di Maluku Utaraen_US
dc.typeThesisen_US
dc.Identifier.NIM18512174


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record