Hubungan Tingkat Pengetahuan terhadap Sikap Pengobatan Mandiri Sindrom Dispepsia pada Masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta
Abstract
Latar belakang: Prevalensi dispepsia di Daerah Istimewa Yogyakarta termasuk ke
dalam 10 penyakit tertinggi rawat jalan dan prevalensi masyarakat yang melakukan
pengobatan mandiri sebesar 80,68%, tetapi seringkali terjadi kesalahan penggunaan
obat (medication error) karena keterbatasan pengetahuan masyarakat.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan terhadap sikap
masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta terkait pengobatan mandiri sindrom
dispepsia.
Metode: Penelitian ini dilakukan dengan metode observasional (cross-sectional)
menggunakan kuesioner yang disebar secara online melalui media sosial.
Pengambilan 400 responden sebagai sampel dilakukan secara accidental sampling
pada bulan Juli-Agustus 2023. Uji statistik dianalisis dengan uji Chi-Square dan uji
Spearman-rho menggunakan SPSS versi 26.0 for Windows.
Hasil: Sebagian besar yang melakukan pengobatan mandiri sindrom dispepsia yaitu
laki-laki (51,8%), berusia 20-29 tahun (48,2%), lulusan perguruan tinggi (77,2%),
memiliki pendapatan >Rp2.500.000 (78,0%), dan bekerja sebagai pegawai
(87,6%). Tingkat pengetahuan masyarakat terbagi menjadi 3 kategori, yaitu baik
(64,2%), cukup (30,4%), dan kurang (5,4%) sedangkan yang memiliki sikap positif
sebesar (56,6%) dan sikap negatif (43,4%). Uji statistik menunjukkan tidak ada
hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan terhadap sikap pengobatan
mandiri sindrom dispepsia dengan nilai p-value 0,706 (>0,05).
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan tingkat pengetahuan terhadap sikap
pengobatan mandiri sindrom dispepsia pada masyarakat di Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Collections
- Pharmacy [1444]