dc.description.abstract | Penelitian ini mengkaji nilai tingkat efisiensi pengelolaan Dana Alokasi Umum (DAU) di 508
kabupaten/kota di Indonesia selama lima tahun (2018-2022). Data mengungkapkan sejumlah
nilai efisiensi, yang sebagian besar berada dalam rentang 0,76-0,85. Kondisi ini menunjukkan
implementasi pengelolaan keuangan daerah yang variatif. Faktor-faktor penting yang
berkontribusi terhadap keberagaman ini termasuk pemanfaatan sumber daya, pertumbuhan
ekonomi, dan strategi alokasi dana. Klasifikasi efisiensi menghasilkan tiga kelompok berbeda:
tinggi (0,86-1,00), sedang (0,76-0,85), dan rendah (0,70-0,75) efisiensi. Kabupaten/kota
dengan tingkat efisiensi tinggi menunjukkan praktik pengelolaan keuangan dan alokasi dana
yang baik. Sebaliknya, daerah-daerah dengan tingkat efisiensi rendah menghadapi tantangan
yang memerlukan peningkatan pengelolaan sumber daya. Kabupaten/kota yang memiliki nilai
tingkat efisiensi pengelolaan DAU superior dan inferior teridentifikasi, beberapa yang
mencatat performa baik antara lain Pekalongan, Kota Pekalongan, Wonogiri, Pacitan, Kota
Padang, Kota Baubau. Sementara Nduga, Asmat, dan Mamberamo Raya perlu didorong agar
menjadi lebih efisien. Data tersebut menyoroti nilai tingkat efisiensi, wilayah acuan, dan
cakupan regional untuk setiap kabupaten/kota. Analisis data panel mengidentifikasi pengaruh
kritis terhadap tingkat efisiensi pengelolaan DAU, termasuk Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB), Persentase Kemiskinan (P0), dan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dengan
menggunakan Rendom Effect Model (REM), temuan menunjukkan pengaruh positif dan
signifikan dari PDRB, sementara P0 memiliki dampak negatif namun signifikan. Meskipun
dampak PAD relatif kecil, namun tetap signifikan secara statistik. Uji statistik mencakup uji
simultan (uji F) dan uji parsial (uji t) bersama dengan koefisien determinasi. Uji F menekankan
signifikansi model secara keseluruhan. Uji parsial mengkonfirmasi dampak signifikan dari
kedua PDRB dan P0, sementara PAD menunjukkan dampak yang lebih lemah namun masih
signifikan. Sekitar 21,38% dari variasi efisiensi pengelolaan DAU dapat dijelaskan oleh
variabel PDRB, P0, dan PAD. Klasifikasi berdasarkan kelompok tingkat efisiensi bersama
dengan pengaruh variabel independen menggambarkan pengaruh positif PDRB, dibandingkan
dengan pengaruh negatif P0 dan pengaruh PAD yang signifikan secara statistik terhadap
efisiensi pengelolaan DAU di berbagai wilayah. Rekomendasi untuk meningkatkan tingkat
efisiensi mencakup prioritas pada pertumbuhan ekonomi, pengentasan kemiskinan, dan
optimalisasi pendapatan asli daerah. Namun, keterbatasan sumber daya dan ketidakpastian
ekonomi global memerlukan pertimbangan yang cermat. Penyesuaian kebijakan dengan
karakteristik regional dan memajukan kerja sama antara pemerintah, swasta, masyarakat, dan
lembaga akademis adalah kunci untuk peningkatan berkelanjutan dalam efisiensi pengelolaan
DAU. | en_US |