dc.description.abstract | UMKM merupakan salah satu bagian dari perekonomian Indonesia yang independen dan
memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Terdapat
berbagai macam bidang UMKM yang ada di Indonesia salah satunya yaitu sektor industri
batik, salah satu provinsi di Indonesia dengan penyumbang batik terbesar yaitu pada
provinsi DI Yogyakarta yang di mana berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan
Perdagangan (2020) pada tahun 2019 terdapat 1.195 UMKM serta memiliki nilai
produksi mencapai Rp 300 miliar. UMKM Batik X Yogyakarta yang merupakan salah
satu UMKM penghasil batik di DI Yogyakarta diharuskan untuk memiliki strategi agar
tetap dapat bersaing dengan UMKM batik lainnya, strategi yang dapat dilakukan yaitu
dengan memperhatikan supply chain management terutama pada aspek pengelolaan
manajemen persediaan yang baik antara pemasok dan pembeli. Penelitian ini bertujuan
untuk melakukan optimasi ukuran lot dan total biaya gabungan menggunakan model
JELS dengan mempertimbangkan reactive lateral transshipment yang merupakan
kondisi di mana pembeli dapat melakukan pemesanan antar pembeli. Model JELS
memungkinkan pembeli melakukan optimasi ukuran lot pemesanan dan pemasok
melakukan optimasi ukuran lot produksi sehingga dapat meminimasi total biaya
gabungan. Optimasi dilakukan dengan menggunakan Solver Evolutionary pada Microsoft
Excel, pada penelitian ini akan membandingkan 2 jenis model yaitu model tanpa
koordinasi yang merupakan kondisi di mana optimasi dilakukan secara masing-masing
antara pembeli dan pemasok, sedangkan model dengan koordinasi merupakan kondisi di
mana optimasi dilakukan secara terintegrasi. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
jumlah lot ukuran optimal terdapat pada model dengan koordinasi dengan biaya total
gabungan sebesar Rp.1.232.404.600,00, sedangkan pada model tanpa koordinasi sebesar
Rp.1.280.191.700,00. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model dengan koordinasi
mengalami penghematan sebesar Rp.47.787.100,00 atau sebesar 14.37%. | en_US |