dc.description.abstract | Dampaknya tidak maksimalnya layanan kesehatan yang diberikan kepada
masyarakat. Pandangan pasien terhadap pelayanan BPJS masih kurang baik, hal ini
di tandai dengan sedikitnya para pengguna kartu BPJS untuk mengunakan BPJS.
Keluhan dan bukti dampak dari buruknya kualitas jasa BPJS dapat dilihat dari salah
satu kasus yang terjadi di rumah sakit daerah sleman yaitu RS Panti Nugroho.
Sebagian masyarakat miskin peserta BPJS masih mengeluhkan pelayanan rumah
sakit. Keluhan tersebut antara lain terkait dengan pelayanan administrasi, perawat,
dokter, sarana dan prasarana, uang muka, obat, biaya dan layanan rumah sakit
lainya. Kondisi diatas merupakan penyebab kemungkinan penurunan jumlah pasien
BPJS di RS. Panti Nugroho. Berdasarkan data yang di dapat dari website RS. Panti
Nugroho terdapat penurunan jumlah pasien BPJS data pada tahun 2015 menunjukan
penurunan jumlah BPJS mencapai 20 %. Dengan menggunakan metode Servqual-IPA
(Importance Performance Rating) untuk mengetahui faktor atau atribut yang menjadi
faktor penurunan jumlah pasien BPJS berdasarkan 5 dimensi Berdasarkan analisa
gap Servqual dapat diketahui bahwa gap terbesar terletak pada dimensi Tangibles
yaitu sebesar -0.81 menyusul Empathy 0,04 dan kemudian Realiability sebesar 0.02,
sementara Responsiveness dan Assurance adalah sebesar 0.05 dan 0.01. Hal ini
membuktikan bahwa dimensi yang menjadi prioritas dalam perbaikan adalah
Tangibles dan Responsivenes seluruh kriteria penilaian memiliki gap negatif, dengan
GAP tertinggi -0,83 berada did dimensi Tangible yang berarti peserta BPJS tidak
puas atas pelayanan yang diberikan oleh RS Panti Nugroho dan dari diagram analisis
IPA dapat diketahui terdapat 5 atribut di kuadran 1 yang harus diprioritas untuk
ditingkakan kualitas pelayanannya oleh RS. Panti Nugroho | en_US |