Perbandingan Kinerja Stone Matrix Asphalt (SMA) Dengan Metode Pencampuran Konvensional dan Metode Pencampuran Dua Tahap
Abstract
Stone Matrix Asphalt (SMA) memiliki sifat lentur, kedap akan air, tahan geser,
tahan temperatur tinggi, dan menahan beban lalu lintas. Namun, Aspal yang memiliki
kandungan tinggi perlu bahan tambah guna menyeimbangkan kandungan. Bahan
tambah yang digunakan adalah serat selulosa sintesis untuk meningkatkan durabilitas
dan menstabilitaskan campuran aspal. Penelitian ini sebagai penentuan alternatif
kinerja SMA pencampuran berbahan ikat aspal Pen 60/70 dengan membandingkan hasil
karakterstik metode pencampuran konvesional dan metode pencampuran dua tahap.
Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimental dengan berpedoman pada
SNI dan Spesifikasi Umum Bina Marga 2018. Data dikumpulkan melalui pengujian
laboratorium diawali dengan pengujian sifat fisik material pada agregat dan aspal.
Dilanjutkan dengan penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO) dengan variasi kadar
aspal 5,5%; 6%; 6,5%; 7%; dan 7,5%. Kemudian pembuatan sampel dengan dua jenis
metode pencampuran dan pengujian Marshall Test, Index of Retained Strength (IRS),
Indirect Tensile Strength (ITS), Tensile Strength Ratio (TSR), Cantabro Loss (CL), dan
Asphalt Flow Down (AFD). Tahap akhir yaitu analisis dan pembahasan yang
selanjutnya dapat ditarik kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaaan metode pencampuran dua
tahap dapat dijadikan pilihan guna meningkatkan kinerja dan mutu campuran SMA.
Dalam pengujian karakteristik Marshall Test, IRS, ITS, TSR metode pencampuran dua
tahap menghasilkan nilai ketahanan yang lebih baik daripada metode pencampuran
konvensional. Pada pengujian karakteristik CL dan AFD, metode pencampuran dua
tahap menghasilkan nilai daya ikat aspal yang lebih baik daripada metode pencampuran
konvensional. Agregat yang melapisi aspal pada metode pencampuran dua tahap dapat
meningkatkan stabilitas, durabilitas, tahan terhadap geser, dan kedap air.
Collections
- Civil Engineering [4205]