| dc.description.abstract | Wali ‘aḍal adalah Wali yang tidak berkeinginan untuk menikahkan seorang wanita yang telah baligh dengan laki-laki pilihannya. Dimana dalam kasus perkara No. 60/Pdt.P/2022/PA.Yk Seorang pemohon memiliki kesulitan dalam meminta izin kepada saudara laki laki seayah yang seharusnya menjadi wali nasab pemohon dikarenakan antara pemohon dengan saudara laki laki seayah memiliki hubungan yang tidak baik. Menyikapi hal tersebut maka calon mempelai (pemohon) mengajukan permohonan ke Pengadilan Agama Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang, Apa pertimbangan Majelis Hakim mengabulkan permohonan pemohon pada perkara No. 60/Pdt.P/2022/PA.YK karena saudara seayah ‘Aḍal ? serta Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap alasan saudara laki laki seayah yang ‘Aḍal karena adanya disharmoni dengan pemohon ?. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian lapangan (field research) yang objeknya adalah Hakim Pengadilan Agama Yogyakarta, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terdapat hasil yang sudah disimpulkan, pertama dasar yang menjadi pertimbangan Hakim dalam memutuskan perkara No. 60/Pdt.P/2022/PA.Yk yaitu Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 tahun 1987, Pasal 23 Kompilasi Hukum Islam, serta penjelasan dari saksi-saksi yang datang pada persidangan. Kedua, Dalam perkara No. 60/Pdt.P/2022/PA.Yk dijadikan alasan untuk 'aḍalnya wali karena adanya sebuah disharmoni dengan pemohon karena pada prinsipnya wali tidak dapat mencegah atau menghalangi anak perempuannya menikah tanpa alasan yang kuat, mereka tidak dapat mencegahnya jika sesuatu itu wajar dan tidak merugikan walinya. Maka keputusan Hakim sudah sesuai dengan Hukum Islam. | en_US |
