Hubungan Beban Kerja Terhadap Kejadian Burnout Syndrome Pada Pekerja Kantor Inspektorat Kabupaten Sleman Selama Masa Pandemi Covid-19
Abstract
Latar Belakang : Beban kerja yang ditanggung masing-masing pekerja dapat menimbulkan beberapa dampak yang mempengaruhi pekerjaanya. Hal tersebut dapat menciptakan suatu kondisi kelelahan fisik dan emosional yang berkepanjangan atau disebut sebagai burnout syndrome. Adanya pandemi COVID-19 ini menyebabkan banyak perubahan dalam berbagai aspek, termasuk fungsi pengawasan yang terdapat di Inspektorat Kabupaten Sleman.
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui hubungan beban kerja terhadap kejadian burnout syndrome pada pekerja Kantor Inspektorat Kabupaten Sleman selama masa pandemi COVID-19.
Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional yang dilakukan pada 50 pekerja Kantor Inspektorat Kabupaten Sleman selama Oktober – November 2023. Beban kerja diukur dengan kuesioner NASA-TLX (cronbach’s alpha 0,694) dan kejadian burnout syndrome diukur dengan kuesioner MBI-GS (cronbach alpha 0,9).
Hasil : Mayoritas subjek penelitian memiliki beban kerja tinggi (n=27) dan burnout sedang (n=26). Faktor tingkat usaha merupakan indikator yang terlibat paling tinggi dalam beban kerja sedangkan dimensi kemampuan profesional terlibat paling tinggi dalam kejadian burnout. Hubungan beban kerja dengan burnout dianalisis dengan chi square test dan didapatkan hubungan signifikan (p=0,02; OR=5,00; CI=1,208-20,688). Uji regresi logistik menunjukkan bahwa beban kerja sangat tinggi berisiko 7,4 kali untuk mengalami burnout dibandingkan dengan beban kerja ringan dan sedang (p=0,013; CI=1,528-36,265).
Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan kejadian burnout syndrome pada pekerja Kantor Inspektorat Kabupaten Sleman selama pandemi COVID-19.
Collections
- Medical Education [2284]