Aktivitas Kuliner Tradisional Sebagai Fenomena Placemaking Hutan Kota Rajawali, Batang
View/ Open
Date
2021-02-20Author
Fathiyya, Lathifah Nur
Saptorini, Hastuti
Metadata
Show full item recordAbstract
Peran hutan kota Rajawali di Batang, yang semula sebagai hutan jati dan area olahraga, saat ini semakin hidup setelah dilengkapi aktivitas jajanan tradisional kota Batang. Aktivitas kuliner ini berkembang dengan istilah “Minggon Jatinan”. Beroperasi di sela sela pohon jati yang menjulang tinggi, aktivitas kuliner tradisional mampu menghidupkan hutan kota sebagai representasi budaya lokal kota Batang yang diindikasi hampir punah akibat gerusan fenomena kuliner modern di era milenial. Atas dasar fenomena ini, Penulis mengkajinya sebagai bentuk representasi “placemaking’. Data fenomenal diobservasi secara langsung di lapangan, dan dibahas dengan metode deskriptif kualitatif. Hasil kajian menemukan tiga poin. Pertama, hutan kota Batang telah menguatkan diri melalui pelibatan aktivitas non fisiknya secara sinkron, sinergis, dan strategis sehingga secara spasial, area ini menjadi hidup. Pelibatan aktivitas sosial masyarakatnya telah memicu aktivitas ikutan yang lebih kuat dan berkelanjutan. Kedua, aktivitas kuliner local/tradisional yang dikemas dalam Minggon Jatinan telah menyulut kehidupan sosial, ekonomi, budaya, bahkan ekologis secara spasial. Hal ini sesuai dengan tujuan yang dikonsepkan stakeholders terhadap hutan kota. Ketiga, hutan kota Rajawali yang hidup melalui aktivitas kuliner lokalnya, dalam skala makro potensial menjadi node/simpul aktivitas sehingga menebarkan citra kota sebagai ruang kota budaya yang hidup, ramah lingkungan, dan alami, sebagaimana yang dipersepsikan masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Batang pada khususnya.