Show simple item record

dc.contributor.advisorSyarifah Ismailiyah A., ST., MT., IAI., GP
dc.contributor.authorFADHILAH ESTRI KARTIKA SARI
dc.date.accessioned2023-01-24T02:13:47Z
dc.date.available2023-01-24T02:13:47Z
dc.date.issued2022-11-30
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/41910
dc.description.abstractFenomena urban heat island diperkotaan memberikan dampak buruk bagi lingkungan terutama daerah wisata Yogyakarta. Salah satu dampaknya adalah meningkatnya suhu udara dikawasan perkotaan. Hal ini dapat berpengaruh dalam aktivitas dan kegiatan manusia. Dampak buruk lingkungan ini juga dirasakan oleh pengguna teras malioboro 2. Dimana banyak pedagang dan pengunjung yang mengeluhkan kondisi lingkungan, dan beberapa halnya seperti perubahan suhu yang dirasakan pada siang hari didalam bangunan. Efek dari ketidak nyamannya thermal di dalam bangunan didasari dari pemilihan material dan kurangnya penataan area hijau pada landscape yang tidak mempertimbangkan dampak buruk pada lingkungan. Faktor lain yang dapat meningkatkan urban heat island ialah banyaknya kendaraan umum yang juga menyumbangkan gas C02 yang dapat mempengaruhi peningkatan urban heat island di perkotaan. Oleh karena itu dengan dilakukannya redesain bangunan teras malioboro 2 ini, bertujuan untuk mengurangi fenomena urban heat island. Dengan menggunakan pendekatan green building GBCI dengan poin ASD untuk strategi mengurangi efek buruk dari urban heat island. Selain itu juga dengan adanya redesain teras malioboro 2 berupaya untuk memenuhi kebutuhan pedagang yang dimana pada bangunan sebelumnya belum tercapai secara maksimal serta meningkatkan pariwisata Kota Yogyakarta. Bangunan redesain teras malioboro 2 setelah dirancang diuji dengan menggunakan formlt dan poin GBCI untuk menjadi tolak ukur keberhasilan desain dengan dibandingkan dengan bangunan eksisting sebelumnya. Metode Perancangan redesain teras Maliobro 2 ini diawali dengan Isu Urban Heat Island (UHI) dengan merespon Komunitas PKL dan Pariwisata. Kemudian dilakukan penelusuran sehingga didapatkan variabel desain berupa GBCI, dalam aspek mengurangi efek UHI dengan pengoptimalan thermal, pencahayaan serta area hijau (Sub-Variabel) dan penataan fasilitas dan Penataan Fasilitas yang merespon kebutuhan PKL dan pariwisata dengan penataan landscape dan penataan ruang (Sub-Variabel). Dimana parameter strategi desain berupa tata landscape, fasade dan selubung bangunan, serta tata massa dan ruang. Setelah konsep desain tersebut dibuat skematik desain dan pengujian untuk mengetahui keberhasilan desain dengan membandingkan hasil uji bangunan baru dengan bangunan lama. Berdasarkan pada konsep dan skematik desain menghasilkan perancangan berupa bangunan redesain teras malioboro 2 yang terdiri dari area pasar PKL dengan jumlah 370 los, ruang informasi, pameran, area foto, playground, foodcourt, ruang utilitas dan ipal, green roof serta terdapat taman dan area hijau. Pada perancangan ini menggunakan pendekatan green building pada kriteria GBCI pada kategori tepat guna lahan dengan dilakukannya beberapa strategi yang diantaranya penerapan green roof dan green fasad untuk memaksimalkan area hijau pada bangunan, Sehingga dalam pengujian area hijau tercapai 47% pada area teras malioboro 2. Pada pengujian material albedo telah dicapai pada area atap 0,61 dan area non atap 0,40. Untuk pengujian pencahayaan alami didalam bangunan dengan menggunakan pengujian velux, bangunan baru berhasil memenuhi standar pencahayan dengan nilai 572.5 lux.Untuk pengujian solar radiasi pada tapak dengan menggunakan formlt bangunan baru berhasil menurunkan 7.922.844 kWh/sq m solar radiasi dari desain yang sebelumnya.en_US
dc.publisherUNIVERSITAS ISLAM INDONESIAen_US
dc.titleRedesain “Teras Malioboro 2” Dengan Pendekatan Green Building Untuk Mengurangi Fenomena Urban Heat Island Di Malioboro Yogyakartaen_US
dc.Identifier.NIM18512011


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record