dc.description.abstract | Fenomena urban heat island diperkotaan memberikan dampak buruk bagi lingkungan terutama daerah wisata Yogyakarta. Salah
satu dampaknya adalah meningkatnya suhu udara dikawasan perkotaan. Hal ini dapat berpengaruh dalam aktivitas dan kegiatan
manusia. Dampak buruk lingkungan ini juga dirasakan oleh pengguna teras malioboro 2. Dimana banyak pedagang dan pengunjung yang
mengeluhkan kondisi lingkungan, dan beberapa halnya seperti perubahan suhu yang dirasakan pada siang hari didalam bangunan. Efek
dari ketidak nyamannya thermal di dalam bangunan didasari dari pemilihan material dan kurangnya penataan area hijau pada landscape
yang tidak mempertimbangkan dampak buruk pada lingkungan. Faktor lain yang dapat meningkatkan urban heat island ialah banyaknya
kendaraan umum yang juga menyumbangkan gas C02 yang dapat mempengaruhi peningkatan urban heat island di perkotaan. Oleh
karena itu dengan dilakukannya redesain bangunan teras malioboro 2 ini, bertujuan untuk mengurangi fenomena urban heat island.
Dengan menggunakan pendekatan green building GBCI dengan poin ASD untuk strategi mengurangi efek buruk dari urban heat island.
Selain itu juga dengan adanya redesain teras malioboro 2 berupaya untuk memenuhi kebutuhan pedagang yang dimana pada bangunan
sebelumnya belum tercapai secara maksimal serta meningkatkan pariwisata Kota Yogyakarta. Bangunan redesain teras malioboro 2
setelah dirancang diuji dengan menggunakan formlt dan poin GBCI untuk menjadi tolak ukur keberhasilan desain dengan dibandingkan
dengan bangunan eksisting sebelumnya.
Metode Perancangan redesain teras Maliobro 2 ini diawali dengan Isu Urban Heat Island (UHI) dengan merespon Komunitas PKL
dan Pariwisata. Kemudian dilakukan penelusuran sehingga didapatkan variabel desain berupa GBCI, dalam aspek mengurangi efek UHI
dengan pengoptimalan thermal, pencahayaan serta area hijau (Sub-Variabel) dan penataan fasilitas dan Penataan Fasilitas yang
merespon kebutuhan PKL dan pariwisata dengan penataan landscape dan penataan ruang (Sub-Variabel). Dimana parameter strategi
desain berupa tata landscape, fasade dan selubung bangunan, serta tata massa dan ruang. Setelah konsep desain tersebut dibuat
skematik desain dan pengujian untuk mengetahui keberhasilan desain dengan membandingkan hasil uji bangunan baru dengan
bangunan lama.
Berdasarkan pada konsep dan skematik desain menghasilkan perancangan berupa bangunan redesain teras malioboro 2 yang
terdiri dari area pasar PKL dengan jumlah 370 los, ruang informasi, pameran, area foto, playground, foodcourt, ruang utilitas dan ipal,
green roof serta terdapat taman dan area hijau. Pada perancangan ini menggunakan pendekatan green building pada kriteria GBCI pada
kategori tepat guna lahan dengan dilakukannya beberapa strategi yang diantaranya penerapan green roof dan green fasad untuk
memaksimalkan area hijau pada bangunan, Sehingga dalam pengujian area hijau tercapai 47% pada area teras malioboro 2. Pada
pengujian material albedo telah dicapai pada area atap 0,61 dan area non atap 0,40. Untuk pengujian pencahayaan alami didalam
bangunan dengan menggunakan pengujian velux, bangunan baru berhasil memenuhi standar pencahayan dengan nilai 572.5 lux.Untuk
pengujian solar radiasi pada tapak dengan menggunakan formlt bangunan baru berhasil menurunkan 7.922.844 kWh/sq m solar radiasi
dari desain yang sebelumnya. | en_US |