dc.description.abstract | Pandemi Covid-19 yang mewabah di Indonesia mengubah perilaku masyarakat menjadi
lebih memperhatikan pola hidup sehat dan bersih. Salah satu langkah menjaga pola hidup
sehat adalah megonsumsi sayuran yang bervariasi. Bawang merah merupakan salah satu
komoditas hortikultura yang bernilai ekonomis tinggi serta termasuk sebagai tanaman
sayur yang berumur pendek dan mudah rusak (perishable product). Bawang merah
memiliki nilai konsumsi yang cukup tinggi di Indonesia karena tidak dapat
disubstitusikan dengan produk sayur lain dan digunakan sebagai bumbu dasar masakan.
Daya beli masyarakat yang tetap tinggi meskipun terjadi pandemi mengharuskan
persediaan bawang merah tetap ada. Kabupaten Sleman merupakan salah satu wilayah di
Provinsi DIY yang memiliki nilai konsumsi tinggi. Namun, karena wilayahnya bukan
menjadi sentra bawang merah, maka sebagian persediaan masih dipasok dari wilayah luar
Sleman. Kabupaten Sleman memiliki potensi produksi bawang merah secara mandiri.
Maka dari itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perilaku rantai pasok, kemudian
melakukan pemodelan dan menyimulasikannya, serta membuat rancangan model
perbaikan rantai pasok bawang merah di Kabupaten Sleman. Melalui pendekatan simulasi
system dynamics menggunakan software Powersim 9, hasil penelitian menunjukkan
bahwa jumlah persediaan bawang merah di Sleman dipengaruhi oleh nilai produksi,
import, konsumsi, dan penyusutan. Kemudian, jumlah produksi bawang merah saat ini
sebesar 283,5 ton/tahun. Melalui simulasi rancangan model perbaikan dengan 3 alternatif,
alternatif ketiga yaitu dengan penambahan luas lahan dan peningkatan produktivitas dapat
meningkatkan jumlah produksi bawang merah selama 10 tahun ke depan hingga 7.703,9
ton/tahun. Meskipun begitu, jumlah persediaan bawang merah di Sleman masih tetap
memerlukan paoskan dari wilayah luar. | en_US |