dc.description.abstract | Indonesia merupakan negara dengan sumber kekayaan alam yang melimpah dengan potensi
energi bersih dan terbarukan yang tinggi, seperti surya, air, angin, bioenergi, dan lain-lain. Potensi
ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pengganti yang ramah lingkungan sehingga dapat
dijadikan sebagai salah satu kontribusi untuk menanggapi masalah terjadinya krisis energi.
Berdasarkan target Indonesia yang tertuang dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) dan
Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017 maka diperlukan pembangunan proyek pembangkit
EBT, salah satunya pembangunan pembangkit listrik EBT yang diantaranya merupakan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), dan
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH). Adapun ketiga sumber pembangkit tersebut
memiliki sumber daya yang bervariasi dan cenderung fluktuatif tergantung dari pengaruh cuaca,
temperatur, curah hujan, angin, dan lain-lain. Hal tersebut tentu sangat mempengaruhi kinerja dari
pembangkit listrik EBT. Oleh karena itu, diperlukan sistem controller sebagai penyelaras daya
yang berfungsi untuk menstabilkan tegangan output yang fluktuatif agar dihasilkan daya yang
lebih optimal dengan losses daya yang kecil. Adapun upaya yang dapat dilakukan oleh penulis
yaitu membuat perancangan hybrid charge controller system (HyCos) sebagai sinkronisasi
(penggabungan) penyelaras daya pada PLTS, PLTB, dan PLTMH. Hasil dari perancangan tersebut
didapatkan data bahwa sistem HyCos mampu bekerja selama 24 jam dengan daya operasional
sistem sebesar 12V DC dan mampu bekerja dengan daya maksimum 300W. Terdapat media
penyimpanan daya berupa baterai LiFePo4 12,8V yang dilengkapi dengan battery management
system (BMS) sebagai sistem proteksi pada manajemen suplai daya baterai.
Hasil implementasi pengujian pada HyCos, diperoleh data bahwa tegangan operasional
sistem mampu bekerja dengan konsumsi operasional daya <10%, hal ini dapat mengoptimalkan
daya yang dihasilkan oleh hasil sinkronisasi ketiga pembangkit PLTS, PLTB, dan PLTMH.
Adapun hasil pengujian sinkronisasi sistem ketiga sumber daya pembangkit terhadap beban DC
diperoleh persentase rata-rata kontribusi setiap pembangkit yaitu pada PLTS 11,61%, PLTB
85,43%, dan PLTMH 48,20% dengan rata-rata arus charging hasil sinkronisasi sistem sebesar
0,73A. Sedangkan pengujian terhadap beban AC diperoleh persentase rata-rata kontribusi setiap
pembangkit yaitu pada PLTS 4,22%, PLTB 41,17%, dan PLTMH 14,58% dengan rata-rata arus
charging hasil sinkronisasi sistem sebesar 0,97A. Hal ini membuktikan bahwa pengujian ini sesuai
dengan teori Hukum Kirchoff I dimana penjumlahan arus yang masuk sama dengan arus yang
keluar. Namun, antara hasil penjumlahan dengan hasil pengukuran pada arus sinkronisasi sistem
dengan penjumlahan arus setiap pembangkit memiliki selisih sedikit perbedaan, hal tersebut
dikarenakan terjadi penggunaan arus yang digunakan untuk melewati sistem controller serta
penggunaan alat ukut yang hanya memiliki efisiensi sekitar 90%.
Kehadiran HyCos mampu memberikan dampak bagi beberapa sektor bidang kehidupan
yaitu dampak bagi inovasi pengembangan teknologi khususnya bidang energi terbarukan, dampak
sosial dan lingkungan untuk masyarakat yang hidup di kawasan wilayah kaya sumber energi
terbarukan sehingga mendapat pasokan energi listrik yang ramah lingkungan, dampak ekonomi
karena dapat menekan biaya listrik akibat meningkatnya Tarif Dasar Listrik (TDL) pada tahun
2022, dan dampak politik bagi pemerintah karena dapat mendorong upaya pengembangan
pembangkit listrik energi terbarukan sesuai dengan target yang telah dirancang pada RUEN dan
Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017. | en_US |