dc.description.abstract | Bom Bali terjadi lagi. Entah apa yang ada dipikiran orang-orang yang
melakukan peledakan bom itu sehingga banyak yang menjadi korban. Dampak
yang muncul setelahnya adalah keresahan, instabilitas dan kemunduran ekonomi,
apalagi krisis kepercayaan dunia pada Bali pasca pengeboman 2002 lalu.
Perekonomian baru mulai berjalan lagi, wisatawan mulai datang lagi, malah
tercoreng lagi. Bali ibarat PR bagi Indonesia. Bali selama ini terlalu diagungagungkan
sebagai pulau pariwisata, dan ini merupakan kesadaran bisnis, sehingga
membuat orang yang ingin menghancurkan Indonesia bisa dengan
menghancurkan Pulau Dewata ini terlebih dahulu. Bahkan menurut pengamat
ekonomi Aviliani, karena ekonomi Bali bergantung pada pariwisata maka akibat
peristiwa Bom Bali 2005 ini akan menciptakan pengangguran bagi 50 persen
penduduk Bali. la kembali menuturkan dari 20 triliun rupiah dana yang disiapkan
untuk kompensasi BBM yang 13 triliun rupiah akan digunakan untuk membuka
lapangan kerja baru dan meningkatkan produktivitas sektor ekonomi di Bali,
sehingga kondisi ini akan mempengaruhi perekonomian Indonesia. Ledakan bom
yang menewaskan 27 orang ini langsung menjatuhkan nilai tukar rupiah.
Kecemasan perihal keamanan di Indonesia kembali menghantui para pelaku pasar.
Pada awal perdagangan Senin (3/10/2005), rupiah langsung terperosok ke level
10.400 per dolar AS. Sementara pada Jumat (30/9/2005), rupiah ditutup melemah
tipis 10 poin ke level 10.300 per dolar AS. Analis pasar memprediksi peledakan
bom akan menimbulkan sentimen negatif di pasar, Sehingga perlu dianalisis
apakah terdapat perbedaan abnormal return antar kelompok yang dianalisis pasca
pengeboman kali ini. Skripsi ini meneliti saham LQ 45 dan saham-saham yang
termasuk sektor perdagangan, jasa dan investasi dimana pada sektor tersebut
terdapat perusahaan restoran, hotel dan pariwisata yang ditunjukkan oleh adanya
abnormal return selama tujuh hari setelah pengeboman itu. Pengujian statistik
penelitian ini menggunakan program SPSS 11.5 Independent t-test. Hasil yang
didapat dari penelitian ini adalah bahwa ternyata tidak ada perbedaan rata-rata
abnormal return antar kelompok perusahaan yang dibandingkan. | en_US |