Posisi Perempuan Dalam Keluaga Musliim Perspektif Asma Barlas
Abstract
Berbicara tentang perempuan tentunya tidak akan lepas dari permasalahan
tentang gender. Sepanjang sejarah perempuan telah mengalami berbagai macam
ketidakadilan gender didalam kehidupan khususnya didalam keluarga. Sering kali
agamapun dianggap sebagai kambing hitam atas pelegalan ketidakadilan terhadap
perempuan, sehingga budaya patriarki yang mengakui kelebihan laki-laki atas
perempuan seolah olah mendapat dukungan dari teks teks keagamaan. Budaya
Patriarki adalah budaya yang pada intinya menempatkan perempuan sebagai
makhluk nomor 2 dalam aspek aspek kehidupan dan tidak memandangnya setara
dengan laki-laki. Budaya ini juga telah merampas banyak kebebasan perempuan,
bahkan mengekploitasi kekerasan terhada perempuan. Pengidentikkan perempuan
dengan pekerjaan rumah, tidak bolehnya perempuan bertindak sebagai pemimpin,
gampangnya laki-laki menjatuhkan talak, adanya beban ganda terhadap perempuan
yang bekerja diluar rumah, merupakan contoh contoh bagaimana perempuan
diperlakukan secara tidak adil. Asma Barlas melalui berbagai tulisan tulisannya
berusaha membawakan sebuah pembacaan baru dan egaliter terhadap al-Qur’an dan
menentang berbagai macam tindak ketidakadilan terhadap perempuan. Asma
Barlas berusaha menunjukkan bahwa teks teks keagaamaan bersifat polisemik yang
artinya dapat dibaca dengan berbagai macam cara termasuk pembacaan yang
egaliter. Karena pada dasarnya Islam diturunkan melalui Risalah Nabi Muhammad
untuk membebaskan segala diskriminasi yang dialami oleh manusia khususnya
terhadap perempuan. Metode penelitian yang digunakan adalah Studi Pemikiran
Tokoh yang termasuk dalam kategori penelitian pustaka. Dari hasil penelusuran
tersebut, ditemukanlah kesimpulan bahwa Islam pada dasarnya menganggap lakilaki
dan
perempuan
dalam
hukum
keluarga
dipandang
sebagai
pihak
yang
setara
secara
ontologis dan
tidak
ada
yang
membedakan
kecuali
kualitas
takwa.
Collections
- Islamic Law [646]