dc.description.abstract | Lahan perkebunan pinang di Indonesia memiliki luas ratusan ribu hektar yang tersebar di
berbagai pulau di Indonesia. Selain manfaat ekonomi dari sektor komoditas, perkebunan pinang
masih memiliki masalah pola pengolahan limbah sabut pinang yang konvensional yakni dengan cara
dibakar. Abu dari pembakaran sabut pinang masih belum banyak dimanfaaatkan hingga saat ini.
Sehingga dengan adanya penelitian ini, diharapkan pemanfaatan yang lebih luas terhadap abu sabut
pinang sebagai bahan stabilisasi subgrade jalan.
Penelitian ini menyelidiki sifat fisik tanah dari jalan desa di Kedungsari, Kabupaten
Kulonprogo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terdiri dari : kadar air, berat volume, berat
jenis, uji batas atterberg. Data proktor standar dicari guna melakukan penyelidikan mekanis yang
meliputi pengujian CBR (California Bearing Ratio) pada beberapa variasi campuran tanah dengan
atau tanpa kapur padam 10% dan variasi limbah abu sabut pinang 0%, 1%, 2% dan 3% dengan masa
pemeraman 1 hari dan 7 hari. Pengujian CBR dilakukan dengan tanpa rendaman (unsoaked) dan
dengan rendaman (soaked) 4 hari sesuai dengan petunjuk manual desain perkerasan jalan 2017 dari
Bina Marga. Nilai CBR dari penelitian ini akan dijadikan dasar CBR rencana untuk perancangan
tebal perkerasan jalan desa tersebut.
Hasil pengujian tanah membuktikan bahwa tanah yang diambil adalah tanah ekspansif
dengan klasifikasi USCS tanah sampel termasuk kedalam kelompok OH dengan nama lempung
organik dengan plastisitas tinggi. Sedangkan pada klasifikasi AASHTO tanah merupakan kelompok
A-7-5. Lebih rinci dijabarkan bahwa tanah asli memiliki kadar air 13,446%, berat volume 1,595
gr/cm
3
, berat jenis 1,229 gr/cm
3
dan kadar air optimum sebesar (OMC) 31,5%. Pengujian CBR
Laboraturium tanah asli tanpa rendaman (unsoaked) menunjukkan hasil sebesar 7,45%. Terdapat
peningkatan pada CBR di semua variasi campuran. Nilai CBR tanpa rendaman (unsoaked) dari
variasi campuran optimum terjadi pada campuran kapur 10%, pada pemeraman 1 hari adalah
14,27%, sedangkan pemeraman 7 hari unsoaked menunjukkan nilai yang lebih baik sebesar sebesar
39,07%. Peningkatan CBR rendaman (soaked) juga terjadi pada variasi campuran kapur 10% dari
CBR tanah asli yang awalnya 1,588% menjadi 11,05%, setelah di peram selama 1 hari. Sedangkan
pada pemeraman 7 hari soaked sebesar 28,37%, Pada variasi CBR optimum campuran kapur 10%
kemudian diuji batas konsistensinya yakni LL, PL dan PI sebesar 19%, 15,76%, 3,24%. Terjadi
penurunan nilai sebesar 36,12%, 51,26%, 14,82% dari nilai tanah asli. Pada pengujian swelling
menunjukkan penurunan nilai pada semua variasi campuran dimana penurunan terbaik ada pada
campuran kapur 10%+abu sabut pinang 3% pada pemeraman 1 hari dan di campuran kapur 10%
pada pemeraman 7 hari. Perancangan desain tebal perkerasan didasarkan terhadap manual desain
perkerasan jalan 2017 dari Bina Marga menghasilkan tebal perkerasan lentur HRS berturut-turut
dari subgrade adalah 300mm tanah distabilisasi, 150mm lapis fondasi agregat kelas A, 50 mm lapis
HRS WC. Pilihan lain juga terdapat pada perkerasan lentur pondasi berbutir dimana tebal lapis
berturut-turut dari subgrade adalah 150mm tanah distabilisasi, 400mm LPA, 60 mm ACBC, dan 40
mm ACWC. | en_US |