Show simple item record

dc.contributor.advisorRizki Budi Utomo, S.T., M.T,
dc.contributor.advisorDR. Nindyo Cahyo Kresnanto, S.T., M.T,
dc.contributor.authorNURUL MENTARI ISWINARNO
dc.date.accessioned2022-03-16T08:10:51Z
dc.date.available2022-03-16T08:10:51Z
dc.date.issued2021-06-02
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/36557
dc.description.abstractSimpang Bersinyal Janti, yang terletak pada perbatasan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman merupakan pertemuan antara Jalan Laksda Adisucipto dan Jalan Janti. Simpang tersebut memiliki lokasi yang strategis karena merupakan pusat pertemuan lalu lintas dari luar Kota Yogyakarta maupun dalam Kota Yogyakarta. Selain lokasi yang strategis, kemacetan ini diakibatkan oleh kendaraan yang keluar masuk dari jalan akses (gang) di sekitar simpang yang melakukan gerakan memotong dan menyebabkan konflik, sehingga kendaraan yang yang berada pada ruas jalan harus berhenti. Selain itu adanya lokasi putaran balik (U-Turn) juga menyebabkan kemacetan. Hal ini dikarenakan oleh kendaraan harus melakukan manuver tambahan agar dapat melakukan gerakan putar balik secara penuh. Permasalahan tersebut menyebabkan antrian panjang, tundaan yang besar, pelanggaran lalu lintas, kecelakaan dan lain sebagainya. Oleh sebab itu diperlukan kajian ulang pada Simpang Janti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kondisi simpang dan alternatif penanganan kemacetan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Analisis data menggunakan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997. Hasil yang didapatkan yaitu volume jam puncak pada pukul 16.00 – 17.00 WIB, dengan nilai derajat kejenuhan (DS) untuk lengan Barat, Timur dan Selatan adalah sebesar 1,16, 1,15 dan 0,7. Panjang antrian (QL) untuk lengan Barat 667,29 meter, lengan Timur 570,97 meter dan lengan Selatan 53,85 meter. Tundaan total yang terjadi untuk Simpang Janti untuk lengan Barat 895.917 det.smp, lengan Timur 411.039 det.smp dan lengan Selatan 23,438 det.smp. Untuk memperbaiki kinerja simpang tersebut maka dilakukan beberapa perbaikan berupa skenario. Hasil skenario terbaik yaitu menggabungkan Alternatif III yaitu penutupan putaran balik (U-Turn) dan Alternatif VI yaitu pelebaran jalan untuk lengan Barat. Penutupan U-Turn berpengaruh terhadap nilai derajat kejenuhan lengan Timur yang semula 1,15 menjadi 0,97 dan tundaan total yang semula 411.039 det.smp menjadi 48.533 det.smp. Pada Alternatif VI yang berupa pelebaran jalan sebesar 1 (meter) yang semula 10,55 meter menjadi 11,55 meter, berpengaruh terhadap kapasitas simpang lengan Barat, sehingga derajat kejenuhan mengalami penurunan dari lengan Barat yang awalnya 1,16 menjadi 1,02, lengan Timur yang awalnya 1,15 menjadi 0,83 dan lengan Selatan 0,76 menjadi 0,74. Selain itu nilai tundaan berkurang dari kondisi eksisting lengan Barat yang awalnya 895.917 det.smp menjadi 314.350 det.smp, lengan Timur yang awalnya 411.039 menjadi 96.480 det.smp, tetapi lengan Selatan mengalami sedikit kenaikan dari 23.809 det.smp menjadi 29.883 det.smp.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectKapasitasen_US
dc.subjectDerajat Kejenuhanen_US
dc.subjectPanjang Antrianen_US
dc.subjectTundaanen_US
dc.titleAnalisis Kompleksitas Simpang Bersinyal Akibat Pengaruh Adanya Jalan Akses (Gang) Dan Putaran Balik (U-Turn) (Studi Kasus: Simpang Janti, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta)en_US
dc.Identifier.NIM17914030


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record