dc.description.abstract | Masyarakat Kampung Serangan sebelum adanya IPAL komunal membuang limbah
cair domestik langsung ke sungai dan dari kegiatan tersebut menyebabkan kandungan
Amonium, COD dan TSS yang terdapat di dalam air sungai Winongo menjadi tinggi.
Dampak negatif dari hal tersebut adalah menurunnya kualitas air Sungai Winongo.
Untuk itu KPDL (Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan) kota Jogjakarta
bekerjasama dengan DEWATS (Decentralized Wastewater Treatment System) sepakat
untuk membangun IPAL Anaerobik Baffle Reactor (ABR) diKampung Serangan.
Tugas akhir ini membahas tentang efisiensi kinerja sistem pengolahan IPAL ABR
danjuga pengelolaan sistem terdesentralisasi dalam menangani limbah domestik. Dalam
hal ini data yang dibutuhkan adalah kuisioner, wawancara, observasi, sampel air limbah
(data primer) dan juga peta wilayah, data teknis instalasi DEWATS, topografi (data
sekunder). Analisa yang digunakan untuk menganalisis data adalah deskriptif dan juga
uji Anova. Analisis untuk ketiga parameter tersebut mengacu pada SNI M-70-1990-03
(COD), SNI06-6989.3-2004 (TSS), SKSNIM-48-1990-03 (NHf).
Hasil analisa menunjukkan IPAL ABR mampu mereduksi COD sebesar 69,57%,
TSS 98%, Amonium 0%. Untuk hasil analisa kuisioner secara deskriptif menunjukkan
96,15 %penduduk menetap >2o th; pekerjaan masyarakat 76,92 %swasta, 15,38 %
PNS, 7,69 % karyawan; tingkat pendidikan masyarakat rata-rata 60 % tamatan
SD,SMA/SMK; pemakaian rata-rata air bersih >200 L/hr; sumber air diambil
kebanyakan dari sumur, air sisa yang sering dihasilkan rata-rata dari sisa air
mandi,cuci,WC; 92,31 %masyarakat setuju dengan dibangunnya IPAL komunal dan
juga setuju untuk melakukan pemeliharaan IPAL ABR..
Hasil evaluasi menunjukkan kadar COD, TSS setelah diolah dan dibandingkan
dengan standar baku mutu Keputusan KepMenLH 112/2003, hasilnya dibawah standar,
akan tetapi untuk Amonium tidak ada penurunan, cenderung tetap atau meningkat. Hal
tersebut dikarenakan dalam kondisi anaerobik bakteri anaerob cenderung menghasilkan
banyak gas-gas berbahaya misalnya gas amoniak.
Untuk sistem penyaluran air limbah di daerah tersebut menggunakan sistem
shallow sewer, Sistem ini merupakan suatu sistem pembuangan air limbah dengan sistem
perpipaan yang cocok untuk diterapkan pada daerah-daerah yang padat serta
masyarakat berpenghasilan rendah.
Wilayah serangan elevasinya lebih rendah dari elevasi sewer kota, jadi tidak
mampu menjangkau. Kemungkinan penggabungan sistem komunal dengan sistem sewer
kota sulit untuk dilakukan di daerah ini, mengingat kondisi ekonomi wargayang minim
untuk membiayai sebuah stasiun pompa dan juga debit pemompaan yang sangat kecil
tidak sebanding dengan biayaperawatan pompayangdikeluarkan. | en_US |