Show simple item record

dc.contributor.advisordr. Ana Fauziyati, M.Sc., Sp.PD
dc.contributor.authorPutri, Firdausia Rahma
dc.date.accessioned2021-12-01T02:43:29Z
dc.date.available2021-12-01T02:43:29Z
dc.date.issued2021-05-31
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/34822
dc.description.abstractAngka kejadian pneumonia komunitas masih terhitung tinggi di Indonesia. Di Provinsi DIY, terdapat 172 kasus pada tahun 2018 dan masih menjadi salah satu dari 10 besar penyakit pada pasien rawat inap di RSUD Kota Yogyakarta. Coronavirus disease-2019 (COVID-19) yang sekarang menjadi pandemi, memiliki karakteristik yang serupa dengan pneumonia komunitas. Saat ini, belum banyak studi yang menganalisis perbedaan karakteristik dari kedua penyakit tersebut. Tujuan Penelitian: Mengetahui karakteristik klinis dan laboratoris pasien pneumonia komunitas pada dewasa di Rumah Sakit Universitas Islam Indonesia Yogyakarta pada Januari-Juni 2020; dan mengetahui perbedaan karakteristik antara pasien pneumonia komunitas dengan pneumonia COVID-19. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan studi observasional dengan rancangan cross-sectional dan menggunakan total sampling data rekam medis pasien. Dari total 73 pasien, 20 di antaranya adalah pasien pneumonia COVID-19. Variabel penelitian antara lain usia, kebiasaan merokok, status gizi, penyakit komorbid, tanda vital, gejala klinis, temuan pemeriksaan fisik toraks, pemeriksaan penunjang, derajat keparahan, dan status akhir pasien. Data dianalisis menggunakan uji Chi-Square dan Independent Sample T-test. Hasil: Dari 73 pasien, karakteristik klinis yang paling menonjol adalah batuk (78,1%), ronkhi (58,9%), dan adanya gambaran infiltrat paru (47,9%), sedangkan karakteristik laboratoris yang paling sering dilaporkan adalah leukositosis (67,1%). Terdapat perbedaan karakteristik antara pasien pneumonia komunitas dengan pneumonia COVID-19. Ronkhi, leukositosis dan derajat keparahan sedang lebih sering ditemukan pada pasien pneumonia komunitas (69,8% vs 30%, 75,5% vs 45%, 34% vs 5%, semua p < 0,05), sedangkan gagal napas dan limfopenia lebih sering muncul pada pasien pneumonia COVID-19 (55% vs 26,4%, 60% vs 28,3%, semua p < 0,05). Kesimpulan: Pneumonia komunitas lebih banyak ditemukan pada kelompok usia dewasa tua dan lansia, laki-laki, bukan perokok, dengan hipertensi sebagai komorbid terbanyak. Manifestasi klinis terbanyak adalah batuk, ronkhi, terdapat infiltrat paru dan leukositosis. Perbedaan pneumonia komunitas dan pneumonia COVID-19 adalah adanya gagal nafas dan limfopenia pada pasien COVID-19.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectkarakteristik laboratorisen_US
dc.subjectkarakteristik klinisen_US
dc.subjectpneumonia COVID-19en_US
dc.subjectpneumonia komunitasen_US
dc.titleKarakteristik Klinis Dan Laboratoris Pada Pasien Pneumonia Komunitas Dewasa Di Rsud Wonosari Pada Januari-Juni 2020en_US
dc.typeThesisen_US
dc.Identifier.NIM17711137


Files in this item

FilesSizeFormatView

There are no files associated with this item.

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record