Show simple item record

dc.contributor.authorAstanuriawan, Efyan
dc.date.accessioned2017-08-15T04:18:22Z
dc.date.available2017-08-15T04:18:22Z
dc.date.issued2000
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/123456789/3447
dc.description.abstractKampung Laweyan mempunyai sejarah dalam perkembangan batik di Solo yang berpengaruh kuat terhadap pembentukan kawasannya yang spesifik, berbeda dengan kawasan lain. Dimana sekitar tahun 50-60-an Laweyan sudah mendapat julukan sebagai pusat produksi batik (Batik Craft center) terbesar di karisidenan Surakarta. Namun lepas dari tahun 60-an batik di Surakarta atau khusunya di Laweyan mengalami kelesuan. Diakibatkan oleh faktor internal maupun eksternal. Keinginan untuk mengembalikan pamor Laweyan datang dari masyarakat setempat melalui diskusi dengan pejabat terkait. Tujuannya bukan hanya mengembalikan pamor Laweyan melainkan juga menjadikan Laweyan sebagi tujuan wisata sosial budaya. Ini berkaitan dengan Laweyan sebagai kawasan konservasi, tipologi mata pencarian utama masyarakat setempat sebagai pengrajin batik, dan beberapa cagar budaya sebagai saksi bisu sejarah pembentukan kawasan tersebut. Dalam hal ini diperlukan fasilitas baru yang dapat menyelesaikan permasalahan baik internal maupun eksternal dalam Batik Craft Center. Fasilitas tersebut mempunyai lingkup kegiatan sebagai promosi, pengembangan dan penjualan. Sasarannya adalah dapat mendukung masyarakat perbatikkan yang sudah ada sehingga secara tidak langsung dapat mengembalikan roda perbatikkan yang saat ini mengalami kelesuan. Namun ada beberapa permasalahan dalam merencanakan fasilitas baru dalam Batik Craft Center yaitu bagaimana mewujudkan fasilitas baru pada kawasan konservasi dengan tipe permukiman urban Solids. Sehingga diperlukan pendekatan secara urban untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan kesimpulan fasilitas baru berupa bangunan adalah produk in-fill dari bangunan yang di Demolisi, dan tetap mendukung seluruh kawasan Laweyan. Juga Bagaimana Pengaruh arsitektur bangunan sekitar terhadap bangunan baru yang nantinya identik dengan kampung batik Laweyan. Penyelesaian masalah tersebut dilakukan dengan pendekatan arsitektural sehingga dapat disimpulkan bahwa perlu alternatif kontekstual, yaitu kontras dengan batasan pada struktur, komposisi, dan bentuk atap, namun juga menerapakan pengulangan, proporsi sebagai perwujudan filosofi batik sebagai simbolisasi. Yang nantinya dapat menjadikan bangunan baru tersebut menjadi potensi landmark dari lingkungannya. Dengan harapan, dari segi kawasan fasilitas baru tersebut adalah bagian dari kawasan konservasi dengan tetap mempertahankan tipe permukimannya sedangkan dari segi arsitektur bangunan dapat memperkuat image pada setiap segmen kawasan yang berpengaruh pada kawasan secara keseluruhan.en_US
dc.publisherUII Yogyakartaen_US
dc.subjectFasilitas Batiken_US
dc.subjectCraft Centeren_US
dc.subjectLaweyan-Soloen_US
dc.subjectPenerapan Teori Urban Space dan Kontekstualismeen_US
dc.titleFasilitas Batik Craft Center di Laweyan-Solo: Penerapan Teori Urban Space dan Kontekstualismeen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record