Show simple item record

dc.contributor.advisorLuqman Hakim, S.T., M.Si.
dc.contributor.authorWinner Indi Manega
dc.date.accessioned2021-09-30T00:58:55Z
dc.date.available2021-09-30T00:58:55Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/32881
dc.description.abstractSemakin meningkatnya kebutuhan akan bahan batu bata, akan menyebabkan kebutuhan tanah liat sebagai bahan baku utamanya juga semakin dibutuhkan. Padahal, tanah untuk bahan baku pembuatan batu bata lebih cocok menggunakan tanah dari lahan subur yang produktif. Sama halnya dengan para pelaku usaha batu bata di Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul. Dipicu dari rendahnya tingkat keuntungan berusaha tani dan besarnya resiko kegagalan, menyebabkan lahan-lahan pertanian banyak dialihgunakan untuk pembuatan batu bata. Dimana aktivitas penambangan tanah liat sebagai bahan baku pembuatan batu bata, dilakukan di lahan pertanian subur, yang dari hari ke hari digali untuk mendapatkan bahan baku batu bata tersebut, yang menjadikan terbentuknya kubangan yang kedalamannya mencapai 3-10 meter, bahkan lebih. Penelitian ini mencoba untuk mengevaluasi status kerusakan tanah, dimana sampel tanah pada setiap titik sampel diambil, kemudian diuji di laboratorium Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Yogyakarta, dan laboratorium Departemen Mikrobiologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Lalu, hasil uji sampel dianalisa, untuk dapat membandingkan hasilnya dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2006. Kemudian, penelitian ini juga menganalisis daya dukung lahan pertanian, berdasar pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2009. Juga analisa terhadap nilai ekonomis lahan, antara lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi tambang tanah liat, lahan pertanian pasca tambang, serta lahan pertanian yang masih asli.Berdasar hasil analisa, tampak bahwa status tanah adalah rusak, sebab terdapat lima variabel yang melampaui batas parameter. Sementara, daya dukung lahan pertanian Kring Cepokojajar adalah defisit, sebab SL<DL, yang ditunjukkan dari ketersediaan lahan (SL) hanya 47,99 ha, dengan kebutuhan lahan (DL) mencapai 240,6 ha. Untuk nilai ekonomis, terbukti bahwa lahan pertanian yang masih asli, lebih menguntungkan daripada lahan pertanian pada area bekas penambangan tanah liat. Kata Kunci : batu bata, daya dukung lahan pertanian, nilai ekonomis, status tanah, tanah liaten_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectbatu bataen_US
dc.subjectdaya dukung lahan pertanianen_US
dc.subjectnilai ekonomisen_US
dc.subjectstatus tanahen_US
dc.subjecttanah liaten_US
dc.titlePengaruh Penambangan Tanah Liat Untuk Batu Bata Terhadap Kerusakan Lahan Pertanian Di Desa Sitimulyo, Piyungan, Bantulen_US
dc.Identifier.NIM12513040


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record