Show simple item record

dc.contributor.authorSuzandra, Eri
dc.date.accessioned2017-08-04T06:48:05Z
dc.date.available2017-08-04T06:48:05Z
dc.date.issued1998
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/123456789/3268
dc.description.abstractYogyakarta sebagai suatu pusat pendidikan, pusat kebudayaan dan salah satu daerah tujuan wisata utama yang terkemuka memiliki potensi yang besar dalam rangka memberikan sumbangan bagi pembangunan nasional. Seiring dengan masuknya era globalisasi, sektor pariwisata ini akan terbuka bagi penanaman modal asing untuk bidang-bidang akomodasi (hotel, motel,), pangan (catering), angkutan pariwisata, objek-objek pariwisata, rekreasi dan usaha­usaha pariwisata pokok lainnya maupun kegiatan lain non wisata, seperti tercantum dalam surat keputusan menteri perhubungan Nomor SK.12/K/1971. Citra Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata, selama ini di kenal karena mempunyai kekhususan dan keunggulan daya tarik dalam aspek budaya dan sejarah, dimana sifat klasik yang hidup di kalangan kraton, atau dalam sanggar tertentu masih terasa dalam kehidupan masyarakat Yogyakarta. Hal-hal yang klasik itulah yang menjadi kesukaan wisatawan sehingga mendapat kunjungan yang cukup besar dari jumlah wisatawan di Provinsi DIY. Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata dan transit, memiliki sarana akomodasi yang di persiapkan untuk keperluan wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Di dalam perkembangannya sarana akomodasi yang ada di Yogyakarta di kelompokkan menjadi dua bagian yaitu: Sarana akomodasi hotel berbintang dan hotel non bintang. Sarana akomodasi jenis hotel berbintang yang di gabungkan dengan motel merupakan suatu tuntutan akan kebutuhan tempat menginap yang banyak di sukai oleh wisatawan. Hal ini dikarenakan hotel dan motel berbintang memiliki kekhasan dan pelayanan lebih baik di bandingkan jenis akomodasi lainnya, serta berdasarkan dari kebutuhan tuntutan tamu yang akan menginap. Berdasarkan lokasi yang akan dijadikan hotel dan motel, dipilih berdasarkan tempat yang dapat menarik pengunjung dan pada jalur yang tidak jauh dari tempat obyek­obyek wisata. Untuk itu maka hotel dan motel ini berada dekat dengan pusat kegiatan di dalam kota. Jumlah kamar hotel dan motel berbintang di tentukan berdasarkan jumlah pengunjung dan tingkat penghunian kamar (Occupancy) setiap tahunnya. Hotel dan motel terdiri dari departement-departement setiap bagiannya, dan setiap departementnya memiliki kepala bagian masing-masing.en_US
dc.publisherUII Yogyakartaen_US
dc.subjectHotel di Yogyakartaen_US
dc.subjectLandasan Konseptualen_US
dc.subjectPerencanaan Dan Perancanganen_US
dc.titleHotel di Yogyakarta: Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancanganen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record