Show simple item record

dc.contributor.advisorIr. Muhammad. Iftironi, MLA.
dc.contributor.authorAchmad Mirza
dc.date.accessioned2021-09-17T00:26:09Z
dc.date.available2021-09-17T00:26:09Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/32548
dc.description.abstractSejarah dan kebudayaan merupakan bagian penting yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pembelajaran tentang budaya, harus ditanamkan sejak dini. Namun sekarang ini banyak yang sudah tidak menganggap penting mempelajari budaya lokal. Padahal melalui pembelajaran budaya, kita dapat mengetahui pentingnya budaya lokal dalam membangun budaya bangsa serta bagaiman cara mengadaptasi budaya lokal di tengan perkembangan zaman. Kesadaran masyarakat untuk menjaga budaya lokal sekarang ini masih terbilang minim. Banda Aceh terletak di kawasan akan rawan gempa dan tsunami. Untuk itu pemerintah tengah menyiapkan tempat untuk evakuasi bencana alam dengan rencana membangun sejumlah bangunan evakuasi di berbagai tempat di sepanjang kawasan bibir pantai. Dengan isu tersebut munculah sebuah permasalahan bagaimana merancang bangunan yang mengekspresikan budaya Aceh sekaligus bangunan dapat merespon ancaman bencana gempa dan Tsunami. Metode perancangan dilakukan dengan menggunakan metode penyerdehanaan dari sebuah bentuk gerakan seni tari Aceh menjadi sebuah pola tertentu yang di aplikasikan dalam bangunan. Gerakan yang di ambil adalah sebuah gerakan pada Tari Saman dan Tari Seudati. Untuk Tsunami dengan melakukan kajian terhadap bentuk dan material selubung luar bangunan yang berhadapan langsung dengan air dan benda-benda yang terbawa hanyut oleh air. Banda Aceh Performing Art Center ini adalah sebuah gedung pertunjukan di Kota Banda Aceh sebagai gedung yang mewakili kebudayaan Aceh yang terekspresi di dalam rancangannya. Ekspresi kebudayaan dapat dirasakan oleh pengunjung pada saat memasuki auditorium. Ekspresi dari seni tari Saman dan Seudati di aplikasikan pada dinding dan plafon. Fungsi dari bentuk gerak pada dinding dan plafon membuatnya menjadi tidak sejajar sehingga kualitas suara dalam ruang menjadi lebih baik. Pada selubung bangunan mengunakan prinsip Hydrofoil seperti pada lembung kapal. Selubung dibuat berbeda pada level tertentu hal ini bimaksudkan untuk merespon karakter Tsunami yang berbeda pada ketinggian tertentu. Kata kunci: Gedung Pertunjukan, Mitigasi, Gempa, Tsunamien_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectGedung Pertunjukanen_US
dc.subjectMitigasi, Gempaen_US
dc.subjectTsunamien_US
dc.titleBanda Aceh Performing Arts Building Rancangan Gedung Seni Pertunjukan Untuk Pelestarian Budaya Aceh Yang Tanggap Terhadap Bencana Gempa dan Tsunamien_US
dc.Identifier.NIM11512100


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record