Analisis Wacana Hegemoni Kelas Sosial Dalam Film Dokumenter ‘Di Balik Frekuensi’
Abstract
Muhammad Iman Ramadhan. 09321110. Analisis Wacana Hegemoni Kelas
Sosial dalam Film Dokumenter ‘Di Balik Frekuensi’. Skripsi Sarjana.
Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial
Budaya, Universitas Islam Indonesia. 2017.
Film dokumenter Di Balik Frekuensi adalah salah satu film pertama di
Indonesia yang membicarakan tentang penguasaan media yang dapat memberikan
pengaruh besar terhadap kehidupan sosial. Penulis meneliti bagaimana wacana
hegemoni kelas sosial yang menggambarkan: relasi kuasa, hubungan kerja,
penguasaan media, dan praktik-praktik sosial dalam film ini. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui dan menganalisa wacana hegemoni kelas sosial yang
menggambarkan perihal tersebut yang ditampilkan film Di Balik Frekuensi.
Penelitian ini menggunakan paradigma kritis dengan pendekatan
poststrukturalis. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode
analisis wacana dari tokoh Norman Fairclough. Ada dua model tahapan analisis
yang dikemukan oleh Fairclough; tahapan analisis communicative events dan
tahapan order of discourse. Pembahasan dan temuan peneliti terbagi dalam, (1)
karakterisasi aktor sosial dalam film dokumenter Di Balik Frekuensi, (2) interaksi
kelompok yang digambarkan dalam film dokumenter Di Balik Frekuensi, dan (3)
naratif: cara bertutur dalam film dokumenter Di Balik Frekuensi. Serta tambahan
tentang bagian; order of discourse, dan upaya paripurna mencapai hegemoni
kelas.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah film dokumenter Di Balik
Frekuensi sebagai komunikasi massa untuk menjadi bagian dari bentuk
demokrasi. Wacana hegemoni kelas sosial yang menggambarkan; relasi kuasa,
hubungan kerja, penguasaan media dan praktik-praktik sosial dalam film ternyata
hanya sebatas pada penggambaran seberapa besar pengaruh keterlibatannya di
basis of social structure. Namun hal tersebut telah digambarkan secara
berkesinambungan dan halus dalam gerak imaji gambar yang menarik penonton
untuk saling mengaitkan keterlibatan setiap aktor sosial dan interaksi-interaksi
kelompoknya. Disisi lain, penyempitan sudut pandang yang hanya berpangku
pada pergolakan diskusi tentang kebebasan suara saja menyebabkan adanya
penaruhan simpati untuk korban. Atas persoalan tersebut, relasi kuasa, hubungan
kerja, penguasaan media dan praktik-praktik sosial dalam film ditempatkan pada
persoalan dua kelas yang saling bertentangan. Luviana melawan pihak MetroTV
atas kepemilikan media dari Surya Paloh dan Hari Suwandi melawan pihak Abu
Rizal Bakrie dengan kepemilikan medianya, TVOne. Menyebabkan adanya dua
jenjang kelas yang berbeda secara politis dan ekonomi. Yakni, kelas pekerja dan
kelas penguasa yang kemudian saling bersaing dan berlomba untuk memanjat
kedudukan kelas tertinggi dalam kehidupan sosialnya.
Kata-kata Kunci: film dokumenter, hegemoni, kelas, kelas sosial, penguasaan
media, relasi kuasa, praktik sosial, analisis wacana
Collections
- Communication [943]