Show simple item record

dc.contributor.advisorAhmad Saifudin Mutaqi., MT., IAI AA
dc.contributor.authorFaqih Noor Syafarini
dc.date.accessioned2021-09-09T05:15:04Z
dc.date.available2021-09-09T05:15:04Z
dc.date.issued2021
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/32322
dc.description.abstractPulau Bangka Belitung dihuni oleh orang-orang yang memiliki latar belakang daerah serta ras yang berbeda hingga akhirnya terbentuk kulturisasi serta akulturasi. Perpaduan budaya ini menyebabkan ada banyak akibat dan dampak baik dari segi budaya itu sendiri maupun aspek sosial dan ekonomi. Salah satu dampak yang dirasakan yaitu terkikisnya budaya tradisional ditengah kehidupan masyarakat yang semakin maju. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah wadah yang dapat memfasilitasi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dalam bidang seni budaya tradisional. Perancangan Art Center diharapkan dapat menjadi jawaban untuk mewujudkan upaya memelihara serta meningkatkan kebudayaan lokal. Hal tersebut dilakukan agar budaya tradisional tetap terjaga keaslian serta kualitasnya meski berada di tengah-tengah kehidupan masyarakat modern. Pendekatan yang digunakan pada perancangan Art Center ini adalah Pendekatan Regionalisme Kritis dengan konsep Healthy Building dan Arsitektur Waterfront. Pendekatan Regionalisme Kritis digunakan karena relevan dengan tujuan awal perancangan Art Center, yaitu mewujudkan pelestarian budaya dan menjaga segala bentuk kearifan lokal ditengah kehidupan masyarakat yang modern. Kemudian, konsep Healthy Building diterapkan pada rancangan sebagai respon situasi pandemi yang sedang berlangsung, dengan berpedoman pada protokol kesehatan yang dikeluarkan oleh WHO dan prinsip bangunan sehat dari Sekolah Kesehatan Masyarakat Harvard TH Chan. Terakhir, konsep Arsitektur Waterfront diterapkan pada rancangan sebagai respon site bangunan yang berlokasi di tepi pantai dan sungai. Untuk metode perancangan yang digunakan yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kualitatif dilakukan dengan menentukan lokasi site serta melakukan analisis site. Sedangkan metode kuantitatif diterapkan dengan melakukan analisis pengguna bangunan, analisis ruang yang diperlukan, analisis dimensi ruang hingga analisis program ruang. Sedangkan hasil akhir yang dicapai yaitu sebuah Art Center yang dapat menjadi wadah fasilitas kesenian tradisional bagi masuarakat modern dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan selama masa pandemi serta aman dan nyaman bagi pengguna bangunan meski berada di area pantai dan tepi sungai yang rawan banjir. Kata Kunci : Art Center, Regionalisme Kritis, Healthy Building, Arsitektur Waterfront.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectArt Centeren_US
dc.subjectRegionalisme Kritisen_US
dc.subjectHealthy Buildingen_US
dc.subjectArsitektur Waterfront.en_US
dc.titlePerancangan Art Centre di Pangkalpinang Sebagai Upaya Meningkatkan Kebudayaan Bangka Belitungen_US
dc.Identifier.NIM17512160


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record