dc.description.abstract | Kota Pontianak yang mayoritas masyarakatnya bersuku Melayu dan memiliki potensi
Sungai Kapuas yang dilengkapi dengan waterfront sebagai pariwisata, belum memiliki
suatu wadah khusus yang menampung kegiatan kesenian Melayu yang notabennya
seringkali diadakan di pinggir sungai. Bangunan disepanjang pinggiran sungai masih
banyak yang menggunakan arsitektur modern dan tidak menerapkan arsitektur Melayu
yang merupakan identitas asli yang dapat menjadi daya tarik kawasan pinggir sungai.
Oleh karena itu, perancangan Pusat Budaya Melayu di Tepian Sungai Kapuas diharap
dapat menjadi wadah untuk pengembangan kegiatan kesenian Melayu sekaligus
mengekspresikan keindahan Arsitektur Melayu pada tampilan bangunnya dengan
penerapan teori Arsitektur Neo Vernakular yang menggabungkan arsitektur modern
dengan arsitektur lokal agar tetap menjagga kelestarian nilai arsitektur lokal Melayu
yang dibalut dengan lebih modern menyesuaikan dengan konteks perkotaan.
Metode perancangan terdiri dari tiga tahap. Yang pertama adalah tahap eksplorasi
yang dimana mengidentikasi pola berulang pada rancangan bangunan yang sudah
ada. Tahap kedua yaitu tahap evaluasi yang dimana mengidentikasi kekhasan pada
tiap rancangan terkait fungsi dan konteks lokasi. Pada tahap ketiga yaitu tahap seleksi
yang dimanamengidentikasi hasil eksplorasi dan evaluasi untuk disimpulkan yang akan
diterapkan pada rancangan.
Perancangan Pusat Budaya Melayu ini menekankan pada tiga persoalan. Yang
pertama terkait konektivitas ruang luar bangunan dengan ruang luar lingkungan diluar
bangunan dengan cara mendesain jarak dan bidang pembatas agar orang dari luar
site dapat ikut menikmati penampilan yang ada didalam area site. Yang kedua yaitu
terkait integrasi visual ruang dalam galeri pada lantai dua dengan ruang luar berupa
view Sungai Kapuas dengan cara mendesain desain bukaan dan material yang
digunakan pada fasad bangunan agar pengguna ruang dalam dapat melihat ke arah
sungai diluar tetapi persoalan intensitas cahaya yang masuk ke dalam ruang galeri tidak
berlebih. Yang ketiga terkait fasad bangunan yang menerapkan Arsitektur Melayu
dengan penekanan pada tampilan bangunannya terdiri dari penggunaan atap pelana,
bentuk massa yang memanjang, penggunaan material lokal dan warna khas pada
Arsitektur Melayu Pontianak.
Kata kunci: Pusat budaya, tepi sungai, waterfront, Arsitektur Neo Vernakular | en_US |