| dc.description.abstract | Perancangan bangunan terminal bis bertujuan untuk mengakomodasi keperluan dan kebutuhan akan terminal berdasarkan prinsip green building di area kawasan pasca tambang Kecamatan Pemali, Kabupaten Bangka yang masuk kedalam kawasan negatif, karena merupakan kawasan pasca tambang yang memerlukan perbaikan ekosistem lingkungan dengan usaha restorasi berupa reboisasi dan lainnya. Maka, dalam perancangan terminal bis tipe B, menggunakan pendekatan green building, dengan pengaplikasian dari kriteria dan tools-tools Green Building Council Indonesia. Tujuan dari perancangan ini adalah merancang terminal bis tipe B Kabupaten Bangka pada area pasca tambang, yang mengakomodasi kegiatan kepariwisataan dalam pemenuhan kebutuhan fungsi terminal yang baik dan juga sebagai wujud identitas dengan berbagai potensinya, dengan penyelesaian melalui penerapan kategori dan kriteria-kriteria green building. Metode perancangan diawali dengan penelusuran isu terkait kawasan pasca tambang, sustainable, dan pariwisataan. Kemudian dilakukan analisis penelusuran desain yang terdiri dari konteks site, green building, kepariwisataan dan terminal bis tipe B. Kemudian disintesiskan berdasarkan variable yang telah ditentukan dan dikelompokkan menjadi ruang dan tata ruang, massa dan tata massa, lansekap, bentuk dan selubung bangunan dan struktur. Selanjutnya, dilakukan uji desain untuk mengetahui dari tingkat keberhasilan perancangan terminal bis tipe B di area kawasan pasca tambang. Penerapan konsep green building merujuk pada kriteria dan tools-tools GBCI. Aspek yang digunakan adalah appropriate site development, water conservation dan indoor health and comfort. Berdasarkan proses analisis dan mendesain, menghasilkan 5 hasil rancangan berupa massa bangunan yaitu bangunan utama terminal, pusat kuliner dan souvenir, kantor, bengkel dan juga shower. Massa utama bangunan terminal berorientasi pada arah utara timur laut (NNE) azimuth 43,91º hingga arah barat daya (SW) azimuth 225º. Pada sisi bukaan dirancang bukaan yang luas untuk mendapatkan view yang optimal keluar bangunan. Pada selubung bangunan sisi barat daya dan tenggara, untuk meminimalisir beban termal bangunan, maka diterapkan bukaan yang berorientasi pada arah yang disarankan. Kemudian pada sekeliling massa bangunan dilakukan penerapan strategi double skin facad dengan penerapan ornamen khas pada bangunan rumah adat dan perluasan selasar atau dengan istilah Jabo sebagai representasi identitas arsitektur lokal dan juga strategi penyelesaian. Pada tata lansekap, strategi yang digunakan untuk mengoptimalkan potensi berupa danau pasca tambang, yaitu dengan cara menata sirkulasi yang memutar area danau tetapi tetap efisien dan nyaman, sehingga segala pengguna dapat menikmati view utama yaitu berupa danau pasca tambang yang merupakan potesi yang tidak dapat terpisahkan pada kawasan. Pengujian keberhasilan desain terminal bis dapat dilihat dari pencapaian-pencapaian tahapan uji desain yang telah sesuai dan tercapai dengan pemenuhan kriteria dan variabelnya. Berdasarkan uji desain terkait pasca tambang, menghasilkan penerapan KDB dibawah nilai maksimum yaitu sebesar 43,5% dengan peraturan maksimum 70%. Uji desain terkait Green Building, menghasilkan rancangan pada penerapan area dasar hijau yang lebih besar, yaitu seluas 24.189 m² dari nilai minimum area dasar hijau yaitu 20.000 m². Uji desain terkait pariwisata pada perancangan terminal, persyaratan dan kriteria telah terpenuhi dengan penyediaan sarana penunjang kepariwisataan sebagai syarat. Uji desain terkait terminal bis tipe B dengan penyedian fasilitas utama dan penunjang sudah terpenuhi. Maka, perancangan terminal bis tipe B dinilai telah berhasil, sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan.
Kata kunci: Terminal Bis Tipe B, Kawasan Pasca tambang, Green Building, Bangka Belitung | en_US |
