dc.description.abstract | Penelitian terkait perbedaan jumlah sel purkinje akibat
pertambahan usia, kondisi diabetes melitus, dan penuaan masih kontroversional.
Tujuan penelitian ini untuk melihat perbedaan jumlah sel purkinje cerebellum yang
normal dan bentuk utuh dengan sel purkinje yang rusak antar tikus usia 8, 12, 18,
33 bulan, kondisi diabetes melitus yang diinduksi Streptozotocin, dan penuaan
yang diinduksi D-Galaktosa.
Metode: Jenis penelitian berupa eksperimental dengan pendekatan post-test only
control group design. Tikus Wistar betina berusia 4 bulan dibagi menjadi kelompok
tikus yang dipelihara sampai usia 8 bulan (C8), kelompok tikus usia 12 bulan (C12),
kelompok tikus usia 18 bulan (C18), kelompok tikus usia 33 bulan (C33). Namun
kelompok tikus diabetes melitus yang diinduksi Streptozotocin (C-STZ) dan
kelompok tikus penuaan yang diinduksi D-Galaktosa (C-DGal) dipelihara sampai
1 bulan saja. Setiap kelompok terdiri dari 3 ekor Tikus Wistar betina. Preparat
dengan pewarnaan HE diamati pada 10 Lapang Pandang (LP) dengan perbesaran
40x. Jumlah sel purkinje cerebellum diukur menggunakan ImageJ 3.0. Data diolah
menggunakan SPSS dengan uji Kruskal-Wallis.
Hasil: Jumlah rata-rata sel purkinje normal cerebellum terhadap total jumlah sel
purkinje berturut-turut C8, C12, C18, C33, CSTZ, dan C-DGal adalah: 25,9%;
30,2%; 36,6%; 46,6%; 42,3%; dan 42,3% (p < 0,007). Jumlah rata-rata sel purkinje
rusak cerebellum terhadap total jumlah sel purkinje berturut-turut C8, C12, C18,
C33, C-STZ, dan C-DGal adalah: 72%; 68,2%; 67,9%; 50,9%; 61,2%; dan 68,5%
(p < 0,001).
Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap rata-rata jumlah sel
purkinje normal cerebellum terhadap total jumlah sel purkinje pada kelompok
berbagai usia, diabetes mellitus, dan penuaan. | en_US |