dc.description.abstract | Sel goblet berfungsi untuk mensintesis dan mensekresi mukus.
Long-term fasting adalah metode puasa jangka panjang yang dapat menyebabkan
starvasi. Intermitten fasting (IF) adalah puasa dengan 2 periode, yaitu “feast
period” dan “fast period”. Pada Long-term fasting terjadi keadaan mukosa atrofi,
yang menyebabkan peningkatan jumlah sel Goblet. Peneliti terdorong melakukan
penelitian, untuk melihat apakah perubahan jumlah sel goblet pada IF sama
seperti long-term fasting.
Tujuan : Mengetahui apakah terdapat perbedaan jumlah sel goblet intestinal
pada kelompok perlakuan IF dan kelompok kontrol.
Metode : Penelitian eksperimental dengan post test control group desain,
menggunakan 15 ekor mencit (BALB/c) dibagi menjadi tiga kelompok.
Kelompok kontrol (AL) diberi pakan standar ad libitum (AIN93) dan minum ad
libitum setiap hari. Kelompok kontrol negative (HF) diberi perlakuan pemberian
pakan tinggi lemak dan minum ad libitum. Kelompok uji (IF) perlakuan
intermitten fasting dengan durasi puasa 14 jam setiap selang satu hari, diberi
pakan standard dan minum ad libitum (saat tidak berpuasa). Perlakuan ini
dilakukan selama 56 hari, pengamatan hasil dilakukan secara microskopik, dengan
pengecetan PAS. Data di analisis dengan One Way Anova, dilanjutkan post-hoc.
Hasil : Tidak terdapat perbedaan jumlah sel goblet pada duodenum antara tikus
yang diberi perlakuan IF dibandingkan Kelompok kontrol. Rerata jumlah sel
goblet kelompok AL= 9,15, kelompok IF=10,42 , Kelompok HF=10,91, dengan
nilai p= 0,448.
Simpulan : Tidak terdapat perbedaan jumlah sel goblet pada kelompok IF
dibandingkan kelompok AL maupun HF. | en_US |