dc.description.abstract | Data surveilans di Indonesia menunjukkan masih rendahnya
implementasi Surviving Sepsis Campaign 2012, kemungkinan karena angka yang
tinggi terhadap penggunaan antibiotik empirik yang tidak adekuat.
Penelitian kohort retrospektif menunjukkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi peningkatan mortalitas pasien sepsis, sepsis berat dan syok septik
adalah waktu pemberian antibiotika lebih dari 6 jam, dosis antibiotika yang tidak
sesuai dan penggunaan antibiotika empirik tunggal serta skor Sequential Organ
Failure Assesment (SOFA) lebih dari 8.
Tujuan : Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor- faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi keberhasilan dan efektivitas terapi antibiotik empirik pada pasien
sepsis dan syok septik di bangsal rawat inap penyakit dalam Rumah Sakit Soedono
Madiun (RSSM).
Metode : Penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain case-control.
Subyek adalah pasien sepsis dan syok septik di bangsal rawat inap RSSM periode
2017-2018. Besar sampel dalam penelitian 69 subyek meninggal dan 69 subjek
hidup dengan total 138 subjek. Masing-masing variabel dilakukan analisis bivariat
dengan Pearson chi square dan selanjutnya dilakukan analisis multivariat regresi
logistik untuk menilai kuat hubungan masing-masing variabel determinan yang
memiliki kemaknaan statistik.
Hasil : Hasil analisis multivariat menunjukkan dari keseluruhan variabel yang
diteliti, faktor yang paling berpengaruh terhadap efektivitas terapi antibiotik
empirik adalah jenis kelamin, skor qSOFA dan kombinasi antibiotik.
Kesimpulan: faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap efektivitas terapi
antibiotik empirik pasien sepsis dan syok septik di RSSM adalah jenis kelamin,
skor qSOFA dan kombinasi antibiotik. | en_US |