dc.contributor.advisor | Dr.-Ing. Putu Ayu Pramanasari A., ST., MA. | |
dc.contributor.author | Diyanti Virda Kumalasari | |
dc.date.accessioned | 2021-07-07T06:43:45Z | |
dc.date.available | 2021-07-07T06:43:45Z | |
dc.date.issued | 2020 | |
dc.identifier.uri | https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/30199 | |
dc.description.abstract | Lasem merupakan sebuah kecamatan yang berada di pesisir Utara Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Dengan jarak sekitar 12 km dari kota Rembang. Sedangkah dengan luasnya 4.504 hektar. Sekiatr abad ke-13 Lasem digunakan sebagai tempat bermukimnya imigran dari Tiongkok. Hal tersebut mengakibatkan banyaknya bangunan bergaya Tionghoa di daerah tersebut. Saat ini banyak bangunan yang sudah tidak ditinggali para pemiliknya. Keadaan Lasem saat ini yang tampak menua dalam masa kini seperti barang tak bertuan. Seakan kawasan Pecinan yang berdenyut sangat lamban. Masa keemasan berakhir saat perekonomian di masa setelah datangnya VOC di Lasem. Faktor dari perekonomian yang berhasil yaitu dari segi perdagangan candu dan industri batik. Batik merupakan salah satu bukti akulturasi Tionghoa-Jawa. Dimana saat ini batik Lasem tidak berjaya seperti dulu. Pendistribusiannya dapat mencapai seluruh negeri.
Etnis Tionghoa menguasai batik pada tahun 1900-an, sedangkan para pekerjanya adalah penduduk pribumi. Batik Lasem memiliki motif yang sangat rumit yang terdapat filosofi makna pada setiap helai kain yang digores canting. Sehingga banyak diburu kolektor sampai saat ini. Namun, kurangnya fasilitas ruang pamer dan jual untuk menyimpan koleksi batik membuat Lasem tidak memiliki koleksi berbagai macam motif batik zaman dahulu hingga sekarang. Saat ini semakin bertambahnya motif-motif baru, batik Lasem.
Pentingnya menyimpan berbagai koleksi batik terutama yang memiliki makna dan sejarah yang panjang hingga menjadikan Lasem seperti sekarang. Berbagai festival dan acara untuk menjaga warisan buaday batik Lasem. Sejak tahun 2012 lomba membatik disahkan dan diadakan setiap tahunnya hingg sekarang. Namun, sampai sekarang belum memiliki tempat untuk melakukan berbagai event tersebut diantaranya expo, workshop, lomba membatik, fashionshow dan bazar batik.
Untuk merespon masalah dan potensi yang dimiliki daerah Lasem perlunya diciptakan tempat untuk mewadahi akulturasi Tionghoa-Jawa. Dengan pendekatan adaptive reuse yang memanfaatkan rumah Tionghoa agar dipresentasikan kembali bentuk asli arsitektur Tionghoa. Sehingga masyarakat Jawa maupun Tionghoa dapat mengenal kembali kemegahan rumah Tionghoa pada masa kejayaannya di Lasem. Batik sebagai salah satu pemasok perkonomian masyarakat Lasem yang tinggi pada abad 15 ditampilkan kembali. Serta berbagai akulturasi budaya Tionghoa-Jawa dapat ditampilkan dan dinikmati seluruh masyarakat. | en_US |
dc.publisher | Universitas Islam Indonesia | en_US |
dc.subject | Batik Lasem | en_US |
dc.subject | Tionghoa | en_US |
dc.subject | Jawa | en_US |
dc.title | A Design of The Chinese-Javanese Ethnic Center as The Bridge of Acculturation in Lasem, Rembang With Adaptive Reuse Approach | en_US |
dc.Identifier.NIM | 16512125 | |