Show simple item record

dc.contributor.advisorDwi Handayani
dc.contributor.author14522326 Airwan Haryadi
dc.date.accessioned2021-06-11T06:41:15Z
dc.date.available2021-06-11T06:41:15Z
dc.date.issued2020
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/t/123456789/29204
dc.description.abstractTanah longsor merupakan hal biasa ketika terjadi peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Kementrian Riset dan Teknologi (KRT) menyebutkan bahwa banyaknya tanah retak akibat kekeringan yang tiba-tiba terkena hujan lebat, maka tanah tersebut longsor. Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI) yang dikelola BNPB menyebutkan bahwa kejadian longsor di Kabupaten Purworejo selama sepuluh tahun terakhir (2007-2017) terjadi sedikitnya 40 kejadian dengan korban jiwa dan luka-luka mencapai lebih dari 100 orang.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali konsepsi dan respon penduduk terhadap risiko bencana Tanah Longsor di Kecamatan Kaligesing. Penelitian ini menggunakan retrospective view sebagai pendekatan survei terhadap penduduk yang merasakan bencana bencana Tanah Longsor. Instrumen penelitian dikembangkan melalui tiga aktivitas. Studi literatur untuk mengindentifikasi informasi terkait yang dibutuhkan untuk diteliti, pengembangan item-item pertanyaan dan pilot study. Penelitian ini difokuskan pada daerah Kaligesing; daerah dengan jumlah korban terbanyak. Penelitian ini menggunakan multi stage stratified convenience sampling. Stratifikasinya adalah daerah Kawasan Rawan Bencana (Tinggi & Sedang) dan jenis kelamin. Kuesioner disebarkan pada tiga Desa yaitu Donorejo, Pandanrejo, dan Tlogoguwo yang dengan total response rate 100 %. Hasil penelitian memperlihatkan adanya perbedaan antara konsepsi responden terhadap risiko dengan teori normatif. Responden memahami risiko sebagai konsekuensi dari Merapi. Hal tersebut terkait dengan konsepsi responden terhadap dampak bencana, tingkat ancaman serta tingkat ketakutan yang tinggi akibat dari bencana tanah longsor. Responden laki-laki pada KRB Tinggi sebagian besar lebih cenderung pada risk taker berbeda dengan teori ekonomi klasik yang menyebutkan bahwa dalam menghadapi situasi berisiko seseorang akan lebih cenderung risk averse. Responden memulai evakuasi setelah mendapatkan informasi dari media sosial dan perangkat desa. Sebagian besar responden mengumpulkan keluarga terlebih dahulu, setelah itu baru mengungsi. Pada proses evakuasi sebagian besar responden sudah mengikuti jalur evakuasi menuju ke barak pengungsian. Responden laki-laki lebih cenderung untuk membantu orang lain dibandingkan dengan responden perempuan.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectBencana tanah longsoren_US
dc.subjectKawasan Rawan Bencana (KRB)en_US
dc.subjectrisikoen_US
dc.subjectrisk attitudeen_US
dc.subjectrisk perceptionen_US
dc.titlePersepsi Risiko Bencana Tanah Longsor di Kecamatan Kaligesingen_US
dc.Identifier.NIM14522326


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record