Show simple item record

dc.contributor.advisorWinda Nur Cahyo
dc.contributor.authorNurahlun Baet
dc.date.accessioned2021-04-22T03:53:57Z
dc.date.available2021-04-22T03:53:57Z
dc.date.issued2020
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/123456789/28270
dc.description.abstractProvinsi Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki jumlah penduduk terbesar di Indonesia pada tahun 2019 dengan 48.683.861 jiwa. Akan tetapi pada aspek ekonomi hasil temuan dilapangan menunjukan total jumlah penduduk miskin di Jawa Barat sebesar 3.399.160 jiwa. Hal ini merupakan tanggung jawab besar yang diemban Provinsi Jawa Barat. Masalah terbesar yang dialami Provinsi Jawa Barat salah satunya adalah masyarakat masih kesulitan dalam memenuhi kebutuhan bahan makanan pokok yaitu beras secara terjangkau. Hasil temuan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat menunjukan hasil supply beras di Jawa Barat pada tahun 2018 sebesar 10.946.873 Ton sedangkan demand yang ada berjumlah 5.615.990 Ton, hal ini menunjukan bahwa Provinsi Jawa Barat pada kenyataannya berstatus Swasembada Beras, akan tetapi hasil analisa dilapangan melihat dari supply dan demand dari 27 Kabupaten dan Kota masih ditemukan 9 kabupaten dan kota yang memiliki status defisit beras. Dari hasil temuan ini menunjukan belum adanya pendistribusian beras secara merata di wilayah Jawa Barat. Pada penelitian ini bertujuan untuk membuat desain sistem distribusi logistik terpadu Jawa Barat dalam mengatasi ketersediaan stok komoditas pangan utama yaitu beras, dibagi menjadi 3 tahapan utama yaitu Aspek Pemilihan Pusat Distribusi, Aspek Ketersediaan Stok dan Aspek Bisnis. Pada aspek Pemilihan Pusat Distribusi, dilakukan analisa K-Means Clustering terhadap 27 Kabupaten dan Kota di Jawa Barat. Hasil dari analisa tersebut menunjukan 3 cluster teratas yang digunakan sebagai Sistem Distribusi Cluster (SDC) yaitu Kab Sukabumi, Kab Cianjur, Kab Garut, Kab Tasikmalaya, Kab Majalengka, Kab Karawang, Kab Ciamias, Kab Indramayu, dan Kab Subang serta pada cluster ke 4 digunakan sebagai Pusat Distribusi Provinsi (PDP) yaitu Kota Bandung. Pada aspek ketersediaan stok, dilakukan analisa Min-Max Stock terhadap 9 SDC yang akan diterapkan, sehingga SDC dapat mengetahui nilai-nilai minimum stock, reorder point, EOQ dan Maximum Stock. Pada aspek bisnis, Proses Bisnis yang akan dijalan dibuat dengan memperhatikan aliran informasi,barang serta uang yang kemudian direpresentasikan kedalam model bisnis berupa Business Model Canvas. Pada tahapan Report and Controling digunakan Business Intelligence dalam mempermudah pengambilan keputusan yang akan dilakukan oleh PDP. Hasil dari pengelompokan Sistem Distribusi Cluster yang dibentuk menunjukan dari 27 Kabupaten dan Kota di Jawa Barat pada komoditas pangan yaitu beras menunjukan hasil Surplus sehingga Desain Sistem Distribusi Logistik Terpadu Jawa Barat dapat menyelesaikan permasalahan ketersedian stok di Provinsi Jawa Barat.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectPusat Distribusien_US
dc.subjectK-Means Clusteringen_US
dc.subjectMin-Max Stocken_US
dc.subjectProses Bisnisen_US
dc.subjectBusiness Model Canvasen_US
dc.subjectBusiness Intelligenceen_US
dc.titleDesain Sistem Distribusi Logistik Terpadu Jawa Barat Terhadap Ketersediaan Stok Komoditas Beras (Studi Kasus: Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat)en_US
dc.Identifier.NIM16522171


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record