dc.description.abstract | Diperkirakan pada tahun 2020 terdapat sebanyak 153 juta penduduk dunia mengalami gangguan visus akibat kelainan refraksi yang tidak terkoreksi. Indonesia memiliki nilai prevalensi untuk angka kelainan refraksi dan kebutaan tertinggi diantara negara-negara regional Asia Tenggara.Miopia merupakan kelainan refraksi yang paling banyak diderita, miopia dapat menyebabkan komplikasi kebutaan jika sudah menjadi miopia derajat tinggi. Progresi miopia disebabkan oleh berbagai faktor.Tujuan: Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pertambahan derajat miopia pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Angkatan 2014.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik yang menggunakan rancanganpotong lintang dan melibatkan 51 subyek penelitian yang mengalami miopia dan menggunakan alat koreksi tajam penglihatan. Variabel pada penelitian ini diantaranya adalah usia onset miopia, riwayat miopia pada orang tua, jarak membaca dan durasi membaca dalam sehari. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji bivariat terhadap pertambahan derajat miopia.Variabel usia onset miopia diuji dengan t test tidak berpasangan, riwayat miopia dan jarak baca diuji dengan fisher dan durasi membaca dalam sehari diuji dengan Mann-whitney. Hasil: Secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia onset miopia (p=0,54), riwayat miopia pada orang tua (p=0,33), jarak membaca (p=0,58) dan durasi membaca dalam sehari (p=0,25)dengan pertambahan derajat miopia. Diketahui nilai Rasio Odds (OR) untuk riwayat miopia adalah 2,33 (IK95% 0,354-15,36). Kesimpulan: Faktor – faktor seperti usia onset miopia, riwayat miopia pada orang tua, jarak membaca dan durasi membaca tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan pertambahan derajat miopia pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Angkatan 2014. | en_US |