Sistem Persediaan Material: Perbandingan antara Metode EOQ dan Metode POQ Studi Kasus pada Industri Beton di PT. Jaya Ready Mix, Yogyakarta
Abstract
Industri beton ready mix merupakan terobosan para pakar konstruksi dalam
pengolahan beton yang diinginkan konsumen. Salah satu aspek penting dalam industri
beton ini adalah masalah persediaan barang (inventory). Masalah inventory mempunyai
efek langsung terhadap keuntungan perusahaan yang dalam hal ini adanya penanaman
modal dalam inventory yang berupa pembelian material dan proses penyimpanan
material.
Untuk menjamin tingkat persediaan optimum, ada dua pertanyaan penting yang
harus dijawab yaitu berapa jumlah barang yang dipesan dan kapan melakukan
pemesanan. Untuk mengusahakan tingkat persediaan yang optimum adalah dengan
meminimalkan fungsi dari komponen-komponen persediaan yang antara lain adalah
biaya penyimpanan dan Maya pemesanan untuk memperoleh total biaya persediaan per
tahun yang minimum.
Pengendalian persediaan yang digunakan untuk menganalisis data pemakaian
material adalah sistem pemesanan jumlah tetap (EOQ) dan sistem pemesanan interval
tetap (POQ).
Dari hasil perhitungan dengan sistem EOQ diperoleh hasil total biaya
persediaan minimum per tahun untuk material semen adalah Rp. 958.510.540,00, untuk
material pasir adalah Rp. 195.143.522,00 dan untuk material split adalah Rp.
394.760.259,00. sementara itu dengan sistem POQ diperoleh liasil total biaya persediaan
minimum per tahun untuk material semen adalah Rp. 958.510.048,00, untuk material
pasir adalah Rp. 195.146.909,00 dan untuk material split adalah Rp. 394.760.422,00.
Dari perhitungan total biaya persediaan minimum tersebut, diketahui bahwa sistem
EOQ lebih baik dari sistem POQ.
Collections
- Civil Engineering [4192]