Hubungan Status Menopause Dengan Kejadian Hiperurisemia Pada Wanita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pakem, Sleman, Yogyakarta
Abstract
Hiperurisemia merupakan masalah serius karena memiliki prevalensi yang tinggi. Resiko terkena penyakit ini meningkat seiring bertambahnya usia. Prevalensi hiperurisemia juga meningkat pada kelompok wanita postmenopause. Akan tetapi, hiperurisemia sering tidak terdeteksi sehingga tidak diterapi dengan baik. Hiperurisemia juga dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti gout artritis, gangguan ginjal, dan penyakit kardiovaskuler.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status menopause dengan kejadian hiperurisemia pada wanita di wilayah kerja puskesmas Pakem, Sleman, Yogyakarta
Metode : Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode consequtive sampling di wilayah kerja puskesmas Pakem pada tanggal 4 sampai 18 Desember 2016. Total sampel berjumlah 78 yang yang dibagi kedalam 2 kelompok, yaitu wanita yang sudah mengalami menopause dan belum mengalami menopause. Wanita yang dikatakan sudah menopause adalah sudah tidak mengalami menstruasi selama 1 tahun. Hiperurisemia adalah kadar asam urat >6 mg/dL yang diukur menggunakan alat EasyTouch GCU dengan sampel darah kapiler.
Hasil : Rerata kadar asam urat pada wanita menopause yaitu 6,83 mg/dL 2,08 lebih besar daripada wanita belum menopause yaitu 6,08 mg/dL 1,69. Persentase hiperurisemia pada kelompok wanita menopause sebesar 35,9 % lebih tinggi dibandingkan pada kelompok wanita belum menopause yaitu 20,5 %. Pada uji Chi-square menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara status menopause dengan kejadian hiperusemia dengan nilai p = 0,012 (p<0,05).
Kesimpulan : Terdapat hubungan yang bermakna antara antara status menopause dengan kejadian hiperurisemia pada wanita di wilayah kerja puskesmas Pakem, Sleman, Yogyakarta
Collections
- Medical Education [2284]